Review: House of Wax (2005)

Carly (Cuthbert); pacarnya, Wade (Padalecki); saudara kembarnya, Nick (Murray); dan sahabatnya, Paige (Hilton); Blake (Ri'chard); dan Dalton (Abrahams) ngumpul bareng buat nonton pertandingan baseball. Di perjalanan, karena udah larut dan jalan pintas yang mereka pilih ditutup, mereka mutusin buat bermalam di suatu lahan kosong dan pesta-pesta setelah ngediriin dua tenda. Di tengah-tengah keasyikan itu, sebuah truk tiba-tiba berhenti dan nyorotin lampunya ke arah mereka. Keenam remaja itu minta pengemudinya yang nggak keliatan itu buat pergi sampe Nick akhirnya ngelempar botol bir ke salah satu lampunya karena dia nggak gerak-gerak. Pengemudi truk itu akhirnya ninggalin mereka, dan semuanya nampak baik-baik aja. Tapi, besoknya tali kipas mobil Wade ternyata putus dan Carly terperosok ke tempat pembuangan bangkai di dekat tempat mereka kemah. Nggak punya pilihan lain, mereka akhirnya mutusin buat pergi ke Ambrose, sebuah kota kecil yang nggak muncul di GPS, nggak punya akses masuk, dan terlihat janggal, untuk minta bantuan warga. Di sana, ternyata berdiri sebuah rumah yang, selain berisi patung-patung lilin, juga secara harfiah dibuat dari lilin. Yang keenam remaja itu nggak tau, patung-patung itu ternyata bukan hanya sekedar pahatan lilin.

Full disclosure, gua belum pernah nonton film aslinya yang dibuat tahun 1953, jadi gua nggak punya pembanding yang valid, tapi yang jelas, gua bisa bilang bahwa ini film yang luar biasa nyenengin. The hell with critics, I had fuuun! Untuk genre slasher remaja, House of Wax adalah salah satu film yang menurut gua bisa bersanding sama Scream dan A Nightmare on Elm Street dalam entertainment value. Nggak cuma itu, film ini juga punya aspek teknis yang OK. Komposisi musik, editing, dan sinematografinya in particular, punya kualitas yang jauh di atas film slasher remaja pada umumnya. Pokoknya OK deh kerjaannya Jaume-Collet Serra di sini (doi juga nyutradarain Non-Stop-nya Liam Neeson, Orphan, sama film hiu-nya Blake Lively--liat, kan? Tiga-tiganya produk yang solid menurut gua). Gua rasa kalo dikasih material yang beneran bagus, mas sutradara ini kayaknya bakalan bisa keren. Kira-kira sekelas Gore Verbinski-lah.

"Lihat mereka rakyat jelata." 
Furthermore, as stereotypical and as asshole-y as these teens are, I can't help buat find them really cool and therefore, I want them to survive--which is something that is quite rare in slasher movie nowadays. Mereka bahkan punya karakteristik tersendiri yang ngasih layer tambahan ke diri mereka--ngejadiin mereka lebih dari seonggok daging buat dibantai para penjahatnya. Wade nggak berani ninggalin kampung halamannya, Dalton masih punya perasaan sama Carly, dan Paige bingung mau ngasih tau pacarnya Blake kalau dia hamil atau nggak. Yang jadi fokus utama tapi hubungan kakak-beradiknya Nick dan Carly sih, dan itu ditanganin with quite a care. Selain itu, gua juga agak... tergeletik? gitu dengan gimana filmnya suka ngasih colekan-colekan sedikit antara hubungan kakak-beradik mereka sama kakak-beradik pembunuhnya. Bagusnya lagi, pilihan aktornya juga pas banget buat gue. Kayak yang gue bilang, keren aja mereka auranya. Eliza Cuthbert, selain cantik banget di sini (I know she's more than her looks, okay?), juga jadi salah satu final girl yang gua suka banget! Tangguh tapi vulnerable sehingga believable, nggak overpower atau gimana (ehem, Erin You're Next). Probably one of the best horror heroines of the 2000s kali. And, I know people trashed Paris Hilton, tapi menurut gua dia not bad at all in this. Dia sukses nge-sold adegan matinya yang highly entertaining.

Soal seram atau nggaknya, itu tergantung selera orang, ya. Gua bisa nonton The Exorcist tanpa merinding, tapi sampai sekarang, gua nggak bisa nonton adegan staircase-nya Ju-On: The Curse sampe abis. Jadi, apa film ini serem menurut gua? Hehe no, tapi film ini lumayan bikin tegang. Tensinya kejaga dengan baik sepanjang jalan dan ada beberapa adegan yang bisa bikin gua, "Eurgh!" ngeringis dengan takaran yang pas sehingga nggak bikin mual (kalo dibandingkan dari film-film torture porn yang lagi nge-trend sekarang), dan itu udah cukup buat gua. What can I say? I'm easy to please, dan film ini, kayak yang gua bilang sebelumnya, is one hell of a ride! Udah deh, matiin dulu otaknya, terus nikmatin film ini for what it is, a typical slasher flick.

House of Wax (2005)

Komentar

  1. WHAT THE FUCK..!!! Film ini bener2 keren and kore bt.. sadis and bener2 film gua banget!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer