Review: Easy A (2010)
Film Remaja Modern Terbaik
Oleh Kurnia Cahya Putra
Easy A (2010)
Disutradarai Will Gluck
Dibintangi Emma Stone, Penn Badgley, Amanda Bynes
Produksi Sony Pictures 2010
Gua nggak tau mau ekspektasi apa sebelum masuk ke film ini. Gua pertama kali tau keeksistensiannya dari tab rekomendasi di IMDb, dan setelah baca beberapa review user lain (yang nyebut-nyebut ini sebagai the new Mean Girls) serta ngeliat trailer-nya yang catchy dan surprisingly lucu ("Why does that matter? I'm adopted." "What?! Oh my God, who told you?!"), I can say I'm more than intrigued. Begitu ngeliat kavernya yang berisi cewek berambut merah (gua masih belum tahu siapa itu Emma Stone) lagi ngegigit bibir sambil megang semacam papan pengakuan pas lagi hunting DVD bajakan rutin, gua langsung ngambil tanpa ragu. Dan ternyata... my oh my... am I glad I picked it. Easy A easily menjadi film remaja favorit gua di tahun 2010-an dan memulai love affair gua dengan Emma Stone. No other teen movies have come even a little close since then.
Nggak ada yang spesial dari Olive Penderghast (Stone). Senggaknya itu menurut dia. "If Google Earth were a guy, he couldn't find me even if I was dressed up as a 10-story building." Semuanya baru berubah waktu sahabatnya Rhi (Aly Michalka) ngajak dia makan malem sama keluarganya yang aneh, dan dia ngehindar dengan ngebohong bahwa dia bakal ngabisin se-weekend penuh sama temennya kakaknya, George. Seninnya, waktu Rhi mojokkin dia di WC perempuan, Olivie pun ngerasa kepaksa buat bohong kalo dia tidur sama George. Sayangnya, di salah satu bilik di belakang mereka, Marianne Bryant (Bynes), ketua klub rohani yang lumayan fanatik, ngedenger itu dan nyebarin obrolan itu ke seisi sekolah. Reputasi Olive pun berubah jadi "The School Slut" dalam semalam, dan tanpa dia kira, ternyata dia menyukainya. Buat ngejaga reputasi itu, Olive menjalin hubungan simbiosis mutualisme sama cowok-cowok culun di sekolahnya. Dengan nerima bayaran dari mereka sebagai ganti ijin penyebaran rumor kalau Olive pernah macem-macem sama mereka, mereka pun jadi diterima di kalangan masing-masing, dan Olive bisa tetap populer sekaligus punya uang jajan tambahan. Tentunya semuanya nggak berjalan mulus karena semakin banyak kebohongan yang Olive keluarin, semakin dalam juga dia kejebak di dalam perangkap.
There were so many great things in this film that I don't know how to start. OK, let's talk about Emma Stone first. Frankly, gua nggak tau banyak tentang dia. Gua rasa gua udah ngeliat dia di Zombieland, tapi gua nggak begitu notice presensinya. Ya, susah juga, ya buat stand-out di film berisi Woody Harrelson, actually laugh-worthy satire of a certain genre, dan Bill Murray? Well, di film ini, akhirnya Stone dapet kesempatan untuk menjadi fokus utama, dan dia ngebuktiin bahwa dia lebih dari capable buat nge-carry sebuah film sendirian, just like Lindsay Lohan used to be (they both have great similarities, actually; fiery red hair, quick wit, etc.). Emma bersinar terang banget, susah nonton dia tanpa ngerasa silau. Di sini, dia nunjukkin timing-nya yang impeccable, subtlety yang ngebikin lo ngeliat bahwa seseorang nggak berakting, dan ketidakacuhan sekaligus keberanian, serta confidence yang amat sangat atraktif. It's literally looking at a star in the making. Gua excited buat ngeliat apa yang bakal dia lakuin selanjutnya (she's slated to play Gwen Stacy in the upcoming The Amazing Spider-Man. Yeah, I thought it was weird at first seeing that she'd make the perfect Mary-Jane what with her red hair and all but after seeing her blonde, the resemblance is uncanny! Good choice, apparently).
Selain Stone, aktor-aktor lain juga berhasil menjadi highlight di film ini, seperti Stanley Tucci dan Patricia Clarkson yang jadi orang tuanya Olive. Hands down, this movie has the best set of parents ever! Mereka itu epitome dari the cool parents dan actually bagian terlucu dari keseluruhan film, kayak Amy Poehler sebagai nyokapnya Regina di Mean Girls, but much more likable. Gua garansi nggak ada yang dibilang sama mereka yang nggak lucu. Amanda Bynes is another stand-out. Ini pertama kalinya gua ngeliat dia sebagai tokoh antagonis, dan gua bisa ngeliat dia have fun playing against type kayak gini. Too bad dia baru aja ngumumin kalo dia bakalan retire. That's it sih kalo ngomongin soal aktor-aktornya. Yang lain juga bagus kok, cuma nggak perlu disebutin aja kayak yang di atas. Ada Thomas Haden Church dan Lisa Kudrow yang selalu menjadi welcome presence.
Semua performa bagus itu nggak bakalan tersampaikan kalo bukan karena skrip yang ditulis oleh Bert V. Royal. Film ini tuh equivalennya film Aaron Sorkin dalam genre remaja. Kalo dengerin dialog Sorkin itu kayak dengerin musik klasik, dengerin dialog ini tuh kayak dengerin musik pop. Comeback after comeback, generally smart exchanges... there's a lot to love about it. Dan waktu gua ngecek laman IMDb-nya, Easy A ini ternyata credit pertamanya Royal lho. Hebat nggak sih? I tip my hat for you, my friend. Punya hubungan dengan sastra klasik karya Nathaniel Hawthorne, The Scarlett Letter, film ini juga punya cerita menarik yang ngangkat stigma dari cewek yang sexually active (meskipun Olive virgin di sepanjang film). Sayangnya mungkin film ini merely points that out, ya daripada says something about it. Dan sebenernya lebih ngebahas tentang nature dari rumor yang menyebar kayak wildfire regardless mereka bener atau nggak sih. Oh, dan gua juga suka referensi-referensi ke film-film remaja klasik tahun 1980-annya. Nice touch.
This movie is not without its flaws, though. I found some holes. Misalnya, Olive pertama kali dapet label The School Slut gara-gara Marianne ngasih tahu satu sekolah kalo dia udah nggak perawan. Gua bisa ngeliat gimana itu bisa jadi big deal di Indonesia tapi untuk SMA di Amerika, bukannya itu sedikit lebai, ya? Bukannya remaja di sana having sex left and right? Bahkan teen pregnancy diglorified jadi acara realita TV. Aspek ini sih yang rada kurang believable. Tapi all in all, Easy A bakalan jadi film yang diinget fondly di masa depan, kayak Heathers, Clueless, dan Mean Girls. It's a classic of the 2010s. And probably the best teen movie of the 2010s. Dan Emma Stone bakalan jadi bintang. You mark my words. 8/10.
Semua performa bagus itu nggak bakalan tersampaikan kalo bukan karena skrip yang ditulis oleh Bert V. Royal. Film ini tuh equivalennya film Aaron Sorkin dalam genre remaja. Kalo dengerin dialog Sorkin itu kayak dengerin musik klasik, dengerin dialog ini tuh kayak dengerin musik pop. Comeback after comeback, generally smart exchanges... there's a lot to love about it. Dan waktu gua ngecek laman IMDb-nya, Easy A ini ternyata credit pertamanya Royal lho. Hebat nggak sih? I tip my hat for you, my friend. Punya hubungan dengan sastra klasik karya Nathaniel Hawthorne, The Scarlett Letter, film ini juga punya cerita menarik yang ngangkat stigma dari cewek yang sexually active (meskipun Olive virgin di sepanjang film). Sayangnya mungkin film ini merely points that out, ya daripada says something about it. Dan sebenernya lebih ngebahas tentang nature dari rumor yang menyebar kayak wildfire regardless mereka bener atau nggak sih. Oh, dan gua juga suka referensi-referensi ke film-film remaja klasik tahun 1980-annya. Nice touch.
This movie is not without its flaws, though. I found some holes. Misalnya, Olive pertama kali dapet label The School Slut gara-gara Marianne ngasih tahu satu sekolah kalo dia udah nggak perawan. Gua bisa ngeliat gimana itu bisa jadi big deal di Indonesia tapi untuk SMA di Amerika, bukannya itu sedikit lebai, ya? Bukannya remaja di sana having sex left and right? Bahkan teen pregnancy diglorified jadi acara realita TV. Aspek ini sih yang rada kurang believable. Tapi all in all, Easy A bakalan jadi film yang diinget fondly di masa depan, kayak Heathers, Clueless, dan Mean Girls. It's a classic of the 2010s. And probably the best teen movie of the 2010s. Dan Emma Stone bakalan jadi bintang. You mark my words. 8/10.
Komentar
Posting Komentar