Review: Insidious (2010)
Insidious (2010)
Disutradarai James Wan
Dibintangi Patrick Wilson, Rose Byrne, Lin Shaye
Produksi Alliance Films
"It's not the house that is haunted. It's your son." -Elise Reiner
Gua nggak inget kapan terakhir kalinya bener-bener ketakutan nonton film horor. Maksud gua secara harfiah bener-bener ketakutan sampe tidur dengan lampu nyala terang-benderang di tiap sudut rumah. Mungkin semenjak film garapan Stanley Kubrick yang judulnya The Shining, atau film Jepang dengan hantu ikonik yang merangkak di tangga dengan pita suara yang putus di film Ju-On. Tapi setelah itu, nggak pernah lagi. Kebanyakan film horor yang keluar akhir-akhir ini udah basi dan mempersembahkan formula yang itu-itu aja.
Begitu pula dengan ranah Hollywood, mereka yang dulunya sering memproduksi film horor klasik pada tahun 80'-an kini malah terjebak dalam trend remake yang sebenernya gak penting, bahkan sampe keluar negeri buat cari bahannya. Keeorisinilan hampir tidak bisa ditemukan, dan di saat kita bosan dengan genre toruture porn dan remake yang itu-itu saja, James Wan (pembuat film pertama dari franchise Saw) memberikan kita udara segar baru dengan judul Insidious.
Renai (Byrne) baru saja pindah ke rumah baru dengan suami dan ketiga anaknya, mengharapkan kehidupan baru yang menyenangkan nan layak. Tetapi seperti film dengan rumah berhantu lainnya, Renai yang seorang ibu rumah tangga kerap mengalami kejadian janggal seperti buku ataupun furnitur yang berpindah tempat. Suatu ketika putra sulung mereka, Dalton, terjatuh dari tangga ketika berada di atas loteng. Tak ada yang serius, semua baik-baik aja, hanya aja waktu ayahnya menidurkan Dalton, dia nggak bangun keesokan paginya.
Dokter mendiagnosa Dalton yang ternyata sedang koma. Tetapi tidak ada penjelasan jelas yang bisa diberikan, tentu saja karena koma yang dialami Dalton bukan sekedar medikal belaka, tapi spiritual. Setelah tiga bulan di rumah sakit, Dalton akhirnya rawat-inap di rumah. Masalah kembali datang ke keluarga itu karena penampakan dan kejanggalan terus saja terjadi. Hingga suatu saat Renai dengan putus asa meminta pindah rumah dan Josh (Wilson) mengabulkan permintaannya. Ini salah satu keputusan cerdas dari karakter dalam film bergenre rumah berhantu karena biasanya mereka secara stereotipikal dan dengan bodohnya memilih tetap tinggal.
Tetapi masalah tidak usai di sana, hantu-hantu pun tetap mengganggu Renai di rumah baru. Tentu saja alasannya bukan karena rumah lama mereka yang berhantu, tapi putra mereka sendiri! Ibunya Josh, Lorraine (Barbara Hershey) mengusulkan pasutri itu untuk mengundang teman cenayangnya, Elise (Shaye). Ia dan kedua anak buahnya akan mencoba menguak kebenaran dari misteri yang sedang terjadi.
Insidious bener-bener nakutin gua. Jujur, nggak boong. James Wan yang dulunya menyutradari Saw kini secara mengejutkan kembali ke formula film horor normal tanpa limpahan jeroan dan darah dengan Insidious. Diberi budget rendah, ia dengan baik dan terampilnya menggunakan berbagai macam posisi kamera untuk membangun atmosfer sepanjang film. Dan dapat dikatakan; ia benar-benar berhasil! Sesuatu terasa begitu salah selama film berlangsung bahkan semenjak adegan pertama diputar. Tak lupa pula, sinematografinya juga secara cerdas ikut ambil andil dalam membangun atmosfer dengan membuat warna yang nampak pudar.
Minimnya informasi yang diberikan pada bagian awal film membuat semuanya serasa mencekam. Kita tidak punya petunjuk sama sekali tentang apa yang terjadi, membuat kita penasaran untuk memecah misteri yang dengan sukses dibuat. Insidious tidak jatuh pada taktik untuk menakuti dengan murah. Perlahan-lahan emosi penonton dibangun dengan suspense yang nyata hingga membuat bulu tengkuk berdiri dan ketika adegan selanjutnya muncul dan ternyata tak ada apa-apa, BAM! Insidous dengan cepat tepat membuat celana dalam basah karena kencing yang langsung mengucur. Insidious menampilkan banyak gambar yang begitu surreal dan aneh, layaknya telletubbies yang ngasih blow-job di The Shining, kita nggak tau apa yang sebenernya terjadi, dan otak kita malah mikir ke mana-mana bikin semuanya tambah mencekam.
Film ini juga mengumpulkan tak-tik lain dari film lain yang berhasil. Influensi yang paling terlihat dan kasat mata nampaknya berasal dari film garapan Tobe Hooper yang berjudul Poltergeist. Tetapi tidak pantas juga untuk menganggap Insidious mencontek karena mereka memang tidak melakukannya sama sekali. Banyak orang yang mungkin tidak akan suka dengan bagian akhir film karena unsur kengerian sangat berbeda dan overall memang terasa out of place dari bagian-bagian sebelumnya. Tetapi gua cinta banget! Menurut gua bagian akhir sama seramnya dan sangat khas James Wan. Apalagi ketika sang cenayang memasang topeng ikonik itu.
Score yang seram dan kadang-kadang membuat spot jantung hadir dengan tepat pada momen yang memang jumpy dan membuat kita melompat dari kursi. Gua sering ngeritik film karena kadang-kadang mereka bikin cheap scares dengan menampilkan adegan jumpy nan lebai. Tapi kayaknya itu nggak jadi masalah di sini karena semua adegan itu dieksekusi dengan sangat baik.
Bottom line; bahkan dengan label PG-13, Insidous memberikan ketakutan yang film lain dengan putus asa dan pada akhirnya gagal untuk coba berikan. Setiap fans film horor mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam film ini. Benar-benar direkomendasikan. 8/10.
Komentar
Posting Komentar