Suatu Pesta di Sibil Agency - 01x01 - Pilot
Suatu Pesta di Sibil Agency
01x01 - Pilot
by
Kurnia Cahya Putra
kurniacputra@gmail.com
***
INT. MALL, BUTIK - SIANG
Secarik foto tua menampakkan pria 30-an dengan senyuman yang
menyerempet tawa sedang membopong anak bertopi Tersanjung di
punggungnya. Foto itu dipegang oleh pria tersebut--keriput
halus mengindikasikan selang waktu--yang sekarang berdiri
menghadap ruang ganti sebuah butik lokal di dalam mall.
OMAR (O.S.)
Yah? Aman di luar?
Pria itu mendongak. Tirai ruang ganti di hadapannya masih
tertutup.
AYAHNYA OMAR
Aman, aman... Ayah lagi ngeliatin
foto kita waktu ke Jogja pas kamu
kelas 2 SD.
OMAR (O.S.)
Haha kenapa?
AYAHNYA OMAR
Ayah kepikiran buat--kamu tau kan
di Internet suka ada yang bikin
ulang foto gitu? Perbandingan waktu
dulu gimana, terus sekarang gimana?
OMAR (O.S.)
Tau...
AYAHNYA OMAR
Ayah mikir kita bisa bikin ulang
foto ini di wisuda kamu.
OMAR (O.S.)
Foto kita yang gendong-gendongan?
Emang ayah masih kuat?
AYAHNYA OMAR
Hahaha kurang ajar.
OMAR (O.S.)
Bercanda. Lucu kok. Mau Omar.
Tirai tersingkap. OMAR keluar mengenakan tuksedo dengan
potongan yang amat pas pada badannya yang berisi.
OMAR
(menyodorkan ponsel)
Tolong fotoin dong buat IG Story.
Ayahnya terdiam. Mata menerawang menatap Omar. Sunggingan
kecil naik. Sebuah senyuman.
OMAR
Yah? Ayah?
(tertawa)
Ya Allah, ini momen haru gitu, ya?
AYAHNYA OMAR
(tertawa)
Kayaknya baru kemarin aja ayah
gendong kamu di Jogja.
(jeda)
Bangga banget ayah.
Omar terdiam. Senyuman kecil juga muncul.
OMAR
Thank you.
(jeda)
OK, sekarang fotoin.
AYAHNYA OMAR
Oh, iya.
Ayahnya Omar menyelipkan foto lamanya ke dompet dan menerima
ponselnya Omar.
EXT. JALAN RAYA - SIANG
Siang yang teduh. Mobilnya Omar lewat di jalan yang lengang.
INT. MOBIL - SIANG
Omar berada di balik kemudi. Ayahnya di sampingnya.
AYAHNYA OMAR
Nanti cobain lagi jasnya di rumah,
Mar. Mama pasti seneng liatnya.
OMAR
Takut lecek deh Omar--
Suara denting. CLOSE ON PONSELNYA OMAR di dashboard.
Notifikasi like fotonya muncul. Omar meliriknya.
AYAHNYA OMAR
Ya, sekali aja, abis itu langsung
diplastikin dan digantung lagi.
Suara denting lagi. Kali ini comment: "Ganteng amat, Mar."
Omar mengambil ponselnya.
AYAHNYA OMAR
Jangan main HP, Mar di mobil.
OMAR
Bentar aja kok.
Omar membuka kunci pin ponselnya.
Kita melihat Ayahnya Omar dari sisi samping. Di luar jendela
mobil, TRUK BESAR MELAJU CEPAT KE ARAH MOBIL MEREKA. Suara
klakson yang memekakkan hingga - -
EXT. STASIUN KERETA - PAGI
Sebaris kereta melaju dengan cepat.
INT. KERETA - PAGI
Selang waktu nampak dari berewok dan rambut gondrong Omar.
Dia berdiri memegang tiang dan ponsel. Mata pada layar.
CLOSE ON LAYAR PONSEL. Omar sedang membuka kontak. Dia men-
scroll, lalu berhenti di "MAMA". Omar nampak ragu, tapi
akhirnya men-tap ikon panggil dan menempelkan ponsel di
telinganya.
MAMANYA OMAR (O.S.)
Halo?
Omar membuka mulut hampir memproduksi suara, tapi akhirnya
hanya mengembuskan napas dan memutuskan panggilan. Dia
menyelipkan ponselnya ke saku celana.
(AWAL RANGKAIAN ADEGAN)
EXT. STASIUN KERETA - PAGI
Omar berjalan di sepanjang peron ke arah pintu keluar.
EXT. TROTOAR - PAGI
Omar menunggu di pinggir jalan. Skuter matik lalu berhenti
di depannya. Mereka berbincang sejenak sebelum Omar menerima
helm dari sang pengemudi dan naik ke jok belakang.
EXT. JALAN RAYA - PAGI
Omar tidak banyak omong di sepanjang perjalanan, sementara
pengemudinya terus berceloteh.
EXT. TAMAN PEMAKAMAN - PAGI
Omar dan ojeknya melewati jalan berbatu yang membelah sebuah
taman pemakaman. Omar mengamati nisan-nisan di sana.
(AKHIR RANGKAIAN ADEGAN)
EXT. KOMPLEK - PAGI
Skuter matik itu berhenti di depan gerbang sebuah bangunan.
Omar turun dari jok belakang. Dia membayar ke pengemudinya
lalu memencet bel.
Gerbangnya terbuka. Seorang satpam berseragam menyambut.
SATPAM
Pagi, pak. Ada yang bisa dibantu?
OMAR
Saya mau ketemu Mbak Tika? Ini hari
pertama saya.
SATPAM
Oh, iya, silakan masuk, pak. Nanti
tunggu aja di lobi. Mbak Tika udah
dateng kok.
OMAR
Thanks.
EXT. SIBIL AGENCY - PAGI
Omar melangkah masuk dan melalui driveway-nya. Beraspal dan
luas. Dia berhenti beberapa langkah dari tangga teras untuk
mengamati dengan seksama.
Bangunan itu rumah. Luar biasa besar. Patut disebut mansion.
Teras depannya terbuat dari marmer. Pilar-pilar raksasa
menjaga langit-langitnya yang tinggi berlapis kayu pelitur
dengan lampu-lampu kuning yang masih masih menyala dan
memberikan nuansa megah sekaligus hangat.
Omar akhirnya menapaki tangga tersebut, kemudian membuka
pintu gandanya dan masuk ke dalam.
INT. SIBIL AGENCY, LOBI - PAGI
Lobi itu terlihat lebih seperti lobi hotel dibanding lobi
kantor atau bahkan ruang tamu sebuah rumah. Omar melambat
untuk mengamat. Terdapat dua set sofa, chandelier besar,
meja resepsionis, dan tanaman-tanaman tinggi.
Omar berhenti di depan sebuah lukisan besar dari seorang
wanita tua (60-an akhir) berkebaya yang duduk di kursi dan
lelaki (40-an) berjas yang berdiri tegap di belakangnya.
MBAK TIKA (O.S.)
Itu Pak Irham, kepala divisi cabang
kantor ini, dan itu ibunya, Bu
Rakhma, CEO Sibil Agency.
Omar menoleh ke belakang. MBAK TIKA (30-an), wanita yang
penampilannya berkelas dari jas wanita dan rok pensilnya,
tersenyum kepadanya.
MBAK TIKA
(mengulurkan tangan)
Hai, saya Tika. Kamu copywriter
kita yang baru kan?
OMAR
(menjabat tangan Tika)
Omar.
MBAK TIKA
Mari.
Omar mengikuti Mbak Tika meninggalkan lobi.
INT. SIBIL AGENCY, AULA - PAGI
Kita berada di dalam ruangan. Dari pintunya yang terbuka,
kita melihat Mbak Tika dan Omar yang lewat. Mbak Tika
berhenti, membuat Omar juga berhenti.
MBAK TIKA
Eh, gimana persiapannya? Aman?
Di dalam aula, SISKA (25), gadis cantik yang berpakaian agak
terbuka sedang berdiri membaca semacam naskah bersama JIMMY
(22), lelaki berambut keriting dan berkacamata.
Mbak Tika dan Omar melangkah masuk.
SISKA
Saya udah bilangin Jimmy buat nggak
make card karena itu cuma bakalan
narik perhatian ke tangannya yang
gemeteran, tapi dia ngeyel.
MBAK TIKA
Bu Rakhma kemungkinan besar dateng,
lho jadi harus asyik beneran, ya.
JIMMY
Thanks, mbak. Itu nggak bikin saya
nerveous sama sekali.
SISKA
(melirik Omar)
Dia lumayan cakep. Kenapa nggak dia
aja yang jadi host?
JIMMY
Buat ngegantiin lo kan?
SISKA
Nice.
Jimmy dan Siska ber-high-five.
MBAK TIKA
Kenalin, ini copywriter baru kita,
namanya Omar.
Omar bergantian bersalaman dengan Jimmy dan Siska. Ketiganya
saling menyebutkan nama masing-masing.
MBAK TIKA
Jimmy dan Siska bakalan jadi host
di acara anniversary kantor lusa
ini.
SISKA
Lo bakalan dateng kan?
OMAR
Uh... Belum tau sih.
JIMMY
Gua saranin jangan. Siska kayak
kelinci belum dikebiri. Lo nggak
bakalan selamat.
Siska menyenggol sikut Jimmy.
MBAK TIKA
Omar nggak punya pilihan lain. Ini
mandatory.
OMAR
Oh, ya?
MBAK TIKA
(menarik Omar pergi)
Good luck, guys.
Mbak Tika dan Omar meninggalkan Siska dan Jimmy yang
langsung kembali fokus latihan.
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - PAGI
Omar dan Mbak Tika menanjaki tangga melingkar berkarpet.
MBAK TIKA
Susah nggak nyari kantornya?
OMAR
Nggak sih. Google Maps.
MBAK TIKA
Kamu tinggal di mana?
OMAR
Depok.
MBAK TIKA
Jauh, ya? Nemenin orang tua?
OMAR
Uh... Nggak, saya ngekost.
MBAK TIKA
Kenapa nggak ngekost di deket sini
aja sekalian?
Mereka berdua berhenti di ujung atas tangga.
OMAR
Saya... Belum kepikiran aja.
MBAK TIKA
(jeda)
Kamu nggak banyak omong, ya?
Mbak Tika dan Omar berjalan ke arah area kerja: sebuah open
space dengan meja tak bersekat yang diramaikan karyawan. Ada
yang berlalu-lalang. Ada yang menempel di meja.
ERIN
Eh, Omar...!
Omar beraling. ERIN (21), seorang gadis yang tidak banyak
gaya dengan kemeja flannel, jins hitam belel dan sepatu
botnya, menghampiri Omar dan memeluknya dengan hangat.
ERIN
Selamat datang...
OMAR
Hai, Rin.
Mereka berdua melepaskan diri.
MBAK TIKA
Oh, iya. Kalian sekampus, ya?
ERIN
Yep. Sastra Inggris 2015.
MBAK TIKA
(ke semua orang)
Semuanya, aku mau kenalin, ini copy
baru kita, Omar.
Semua orang berdiri dan menyalami Omar satu per satu. Mbak
Tika lalu membawanya ke salah satu meja kosong. Erin juga
ikut bersama mereka.
MBAK TIKA
Ini meja kamu. Kalo ada apa-apa WA
saya aja, ya. Kalo nggak nanya aja
ke Erin.
OMAR
Baik, mbak.
MBAK TIKA
Selamat datang di keluarga Sibil
Agency.
OMAR
Thank you.
Mbak Tika melangkah pergi. Erin duduk di atas meja Omar.
ERIN
Hm, gua suka nih look baru lo.
Nggak semanusia goa kayak kemarin,
tapi masih ada beard sama rambut
panjangnya. Lo kayak Jared Letto.
OMAR
Iya. Gua udah motong dari pas
interview kemarin sama Pak Irham.
ERIN
Sayang banget gua musti meeting
sama klien waktu itu.
OMAR
Thanks udah nge-recommend gua buat
kerjaan ini.
ERIN
Well, gua nggak ada pilihan lain.
Lo nggak keluar selama tiga bulan
penuh.
(jeda)
Apa kabar lo?
OMAR
OK. Better.
ERIN
Dan nyokap lo?
OMAR
OK juga. Kayaknya.
ERIN
Lo belum ketemu dia, ya?
Omar membuka mulutnya, tapi lagi-lagi tak ada suara yang
keluar. Erin menurunkan dirinya dan duduk di kursi.
ERIN
Mar... Gua cuma pengen lo tau...
(jeda)
Gua tau kalo keadaan nggak bakalan
pernah balik kayak semula, tapi at
least kita harus bergerak, Mar. Lo
nerima kerjaan ini... Itu salah
satu caranya. Cara lain mungkin,
dan gua harap lo mau, adalah lo
bisa mulai terbuka. Bisa ke orang
lain. Bisa ke gua... Gua paham
rasanya kehilangan orang tua, Mar.
(tertawa)
Gua nggak bakal di panti asuhan
kalo gua nggak kepisah dari nyokap
di Cinere Mall.
Omar terdiam, tapi akhirnya mengangguk.
OMAR
Thanks. Gua bakalan pertimbangin.
KALIN
Rin, gua butuh mastiin sama lo soal
harga talent buat TVC Pepsodent.
KALIN (20-an), seorang gadis yang sangat girly dengan baju
terusan bermotif kembang dan cardigan pastelnya datang
dengan lembaran kertas untuk Erin.
ERIN
Oh, OK. BTW, ini temen kampus gua.
Dia karyawan baru di sini.
Omar dan Kalin bersalaman.
KALIN
Kalin.
OMAR
Omar.
KALIN
Planner?
OMAR
Copy.
ERIN
Kalin satu-satunya planner di sini.
Dia nge-handle semua brand. In a
way, dia kayak nyokapnya kita-kita.
KALIN
Yes, sesaat tadi gue kayak, yay,
ada bantuan baru, tapi gua salah.
(jeda)
Bukan berarti gua nggak seneng lo
di sini! Copy baru juga bagus--
OMAR
(mengangkat tangan)
It's okay.
KALIN
(mengembuskan napas)
It's nice to meet you.
(Omar mengangguk)
OK, Rin, ayo?
ERIN
(ke Omar)
See you at lunch.
Erin dan Kalin berjalan pergi.
Omar mengeluarkan laptopnya. Sembari menunggu booting,
matanya menyapu keliling. Dia berhenti pada JORDANA (24)
seorang gadis berkuncir kuda dengan pakaian serba hitam dan
salah satu karyawan yang mendapatkan komputer sendiri.
Jordana merasakan tatapan itu dan menoleh. Omar membuang
muka dan kembali fokus pada laptopnya.
CUT TO:
EXT. SIBIL AGENCY, HALAMAN BELAKANG - SIANG
Sebuah halaman luas dengan beberapa meja dan spot lain yang
diduduki karyawan-karyawan yang beristirahat. Ada kolam
renang di sana, segerombolan cewek ngerumpi di tepinya.
Jordana duduk sendirian di salah satu meja, menyantap makan
siang, sepenuhnya damai dengan handsfree di telinga. Dari
sudutnya, kita paham bahwa ini POV seseorang.
Di meja lain, Omar sedang terdiam mengamatinya.
ERIN
Thanks udah jagain mejanya, Mar.
Erin muncul dengan Kalin dan duduk di kursi yang tersisa.
Dia menaruh satu kotak makan besar di depan Omar.
ERIN
Gua ngambilin lunch lo juga.
OMAR
Thanks.
(jeda, melirik Jordana)
Kenapa kita nggak gabung sama dia
aja? Sayang mejanya.
KALIN
Siapa? Jordana?
OMAR
Itu namanya?
ERIN
Kalo bukan soal kerjaan, Jordy
nggak suka ngobrol.
OMAR
Kenapa?
Erin mengangkat bahu.
ANTON
Karena dia freak.
ANTON (20-an), pria kekar yang tampan konvensional, muncul
mengecup pipinya Kalin dan duduk di kursi yang masih kosong.
ERIN
Jahat ah, Ton.
KALIN
(menepuk Anton)
Iya ih...
ANTON
Gua bilang gitu juga karena gua tau
orangnya nggak bakal baper.
(membuka kotak makan)
Beda banget, ya dia sama Jimmy?
Kenapa bisa gitu, ya?
ERIN
Emang lo nggak denger? Mereka nggak
dibesarin bareng-bereng kan.
ANTON
Maksud lo kayak dia dibesarin sama
gorila?
KALIN
Itu Tarzan.
OMAR
Jordana sama Jimmy kakak-adek?
ANTON
(menyadari adanya Omar)
Yes. Hai, gua Anton. Lo?
Anton dan Omar berjabat tangan.
OMAR
Omar.
ANTON
Oh... Erin udah cerita banyak soal
lo. Cowok tereksis kampus, ya.
KALIN
Keliatan sih. Lumayan ganteng Omar.
ANTON
WHAT?
Anton berpua-pura marah. Kalin menjulurkan lidah, dan Anton
langsung membekapnya. Kalin tertawa-tawa sementara Anton
dengan gemas mencengkeram wajah Kalin dengan tangannya.
ANTON
Lumayan ganteng, ya? Hah? Hah?!
ERIN
Sori, Mar, baru tunangan soalnya.
OMAR
(berusaha mengabaikan
Kalin dan Anton)
Eh, lo bukannya lagi nyusun jurnal?
ERIN
Yep. Udah rilis di Scopus. Tiga
bulan yang lalu. Gua ngajak anak-
anak buat ngerayain segala macem.
OMAR
Hm...
(jeda)
Tiga bulan yang lalu, ya?
ERIN
Mm-hm.
OMAR
Gua...
(jeda)
Sori.
ERIN
Nggak usah sori. Yang penting lo di
sini sekarang.
ANTON
(mencairkan suasana)
Ngomong-ngomong soal pesta, pada
excited nggak lusa? Jimmy bilang
Pak Irham bakalan open table.
KALIN
Kayak di dalem kantor?
ERIN
Well, that's irresponsible.
Dan mereka mulai mengobrol seperti biasa. Omar membuka kotak
makannya.
CUT TO:
EXT. JALAN RAYA - SIANG
EXTREME CLOSE UP. Omar membuka mata.
Jalan raya itu kosong. Hanya ada mobil terbalik, dan Omar
yang tengkurap penuh luka. Baju sama seperti adegan pertama.
Omar bangkit berdiri. Lumayan susah-payah. Dia menoleh ke
kanan-kiri. Lalu, dia menemukan ayahnya. Melangkah maju,
menuju jurang di hadapannya.
Omar berlari ke arahnya. Tangan merentang, ingin meraih.
Ayahnya semakin dekat ke tepian. Lalu, dia berhenti,
berputar menghadap Omar.
AYAHNYA OMAR
Kenapa kamu bunuh ayah, Mar?
Dan Omar tiba-tiba terjatuh, masuk ke - -
EXT. BAWAH AIR - SIANG
Omar berusaha sebisanya untuk naik ke permukaan. Tapi, dia
tidak sanggup. Dia hanya membuang-buang tenaga. Tapi, dia
tidak boleh gagal. Ayahnya di luar sana. Dia tidak boleh - -
INT. KOSTNYA OMAR - MALAM
Kedua mata Omar mengerjap terbuka. Kita berputar dan mundur
untuk melihatnya sepenuhnya, terbaring di atas tempat tidur.
Omar menyingkap selimut dan bangkit duduk. Dia menoleh ke
permukaan kasur. Sebagian besar basah karena keringatnya.
CUT TO:
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - SIANG
Omar melamun di depan laptop di mejanya.
CLOSE ON LAYAR LAPTOP. Omar men-scrolling pilihan tontonan
di Netflix. Mbak Tika lalu muncul menghampirinya. Omar
langsung mengganti tab browser-nya.
MBAK TIKA
Omar, kumpul dulu, yuk sebentar.
(ke Jordana dan Siska)
Kalian juga, ya, Jordy, Siska?
Jordana dan Siska yang berada di meja yang cukup jauh
melirik dari balik komputer dan laptop mereka.
Mbak Tika beranjak pergi, sebelum - -
MBAK TIKA
Siska, kamu account executive atau
pedagang melon? Kancingin kerahmu.
Siska memutar mata dan mengancingi kancing atas kemejanya.
INT. SIBIL AGENCY, AULA - PAGI
Omar, Siska, dan Jordana masuk dipimpin Mbak Tika. Di sana,
terdapat barisan kursi yang mengarah ke panggung kecil di
ujung ruangan. Mesin proyektor menembakkan cahaya ke layar
putih di panggung. Selain itu, gelap.
Omar mengamati sekeliling. Dia memicingkan mata. Ada sosok
yang duduk di kursi aula barisan paling belakang.
MBAK TIKA
Silakan.
Mbak Tika menyentuh pundak Omar dan memintanya duduk di
barisan kursi terdepan bersama Siska dan Jordana.
SISKA
Kita mau di-brainwash, ya?
MBAK TIKA
Otak kamu emang perlu dicuci, Sis.
Jordana tergelak. Siska langsung menoleh.
SISKA
Wow, gua berhasil bikin Jordana
ketawa, ya?
JORDANA
Sebenernya Mbak Tika sih yang
berhasil bikin gua ketawa.
OMAR
Ada apa, mbak?
MBAK TIKA
Biar bapaknya sendiri aja, ya yang
ngejelasin.
Mbak Tika menggestur ke belakang. Mereka bertiga menoleh dan
melihat sosok tadi melangkah maju menuju panggung.
PAK IRHAM
Pagi, semuanya. Kalian ada di sini
hari ini sederhananya karena kalian
adalah yang terbaik dari yang
terbaik. Sibil Agency adalah tempat
yang spesial, dipenuhi oleh
orang-orang yang spesial, dan
kalian adalah salah satunya.
PAK IRHAM (40-an) tiba di panggung dan berputar menghadap
orang-orang di bawahnya. Dari cahaya proyektor yang jatuh
padanya, kita bisa melihat dia adalah pria yang fit, tegap,
dan tampan--persis seperti di lukisan lobi.
PAK IRHAM
Saya Irham Ardiwilaga, kepala
divisi digital Sibil Agency.
Selamat datang.
Hening.
JORDANA
Dramatis, ya.
Semua orang langsung menoleh ke Jordana, seakan bertanya,
"Demi apa dia bilang itu?"
Pak Irham tidak tersinggung. Presensinya terlalu besar untuk
itu. Dia tertawa dan mulai melangkah.
PAK IRHAM
Untuk 5 menit ke depan, saya akan
ngasih liat kalian video tentang
bagaimana perusahaan ini terbentuk.
Siapa kita, apa visi kita, apa misi
kita--semuanya agar kalian tau
purpose kalian sesungguhnya.
(ke Mbak Tika)
Tika.
Mbak Tika mengangguk dan menghampiri sebuah laptop di meja
dan menyiapkannya. Pak Irham turun dari punggung dan duduk
beberapa kursi dari Omar--membuat Omar menoleh melihatnya.
PAK IRHAM
Hai, Omar. Kita udah lama nunggu
kamu.
Omar, agak bingung, hanya mampu memberikan senyum sekilas.
Video berputar, mereka kembali berpaling ke depan.
Kumpulan establishing shot dari berbagai sudut gedung pusat
Sibil Agency. Kita melihat bangunan pencakar langitnya di
daerah Sudirman, lobinya yang megah, karyawan-karyawan yang
berlalu-lalang, selebriti-selebriti, dan lain-lain.
NARATOR (V.O.)
Hanya dalam kurun waktu tiga tahun,
Sibil Agency sudah memiliki 500
lebih karyawan dan empat kantor
cabang dengan divisinya masing-
masing: Digital Agency, Talent
Agency, Software Development, dan
Public Relations. Tapi, tahukah
kamu? Sebelum menjadi agency
decacorn pertama di Indonesia dan
dunia, Sibil Agency dimulai hanya
dari sebuah mimpi di rumah di
Jakarta Selatan ini.
Establishing shot rumah ini. Mansion yang mereka tengah
singgahi, namun lebih kecil dan jauh lebih sederhana.
NARATOR (V.O.)
Di dalam tempat tinggal yang kelak
menjadi divisi Digital Agency,
Rudi Ardiwilaga, putra dari Aris
dan Andina Ardiwilaga, mengumpulkan
rekan-rekan industri kreatifnya dan
mewujudkan impian terdalamnya:
mendirikan advertising agency yang
menutupi semua celah.
Fotonya PAK RUDI (50-an), mirip dengan Pak Irham, dan rekan-
rekannya muncul. Seperti sebuah pesta. Rudi berada di kursi
besar, seperti singasana, orang-orang bersorak di
sekelilingnya, segelas anggur di semua tangan.
NARATOR (V.O.)
Sayangnya, setahun setelah Sibil
Agency terbentuk, Rudi menderita
kanker yang kemudian mengambil
nyawanya.
Sebuah video muncul. Rudi berada di atas kasur. BU RAKHMA,
wanita dari lukisan di lobi, memegang tangannya erat di
sampingnya. Pak Irham juga ada di sana. Matanya kosong.
PAK RUDI
(menangis)
Sakit sekali, Rakh...
BU RAKHMA
(men-shush)
Pasrahkan, Rudi... Pasrahkan...
PAK RUDI
Aku masih belum mau mati, Rakhma.
BU RAKHMA
Ingat tujuanmu dalam rencananya.
Kematianmu juga sama berartinya
dengan hidupmu.
Omar menoleh ke arah Pak Irham. Dia menyadari sesuatu di
nadinya. Sebuah tato. Omar tak bisa memastikan gambarnya
apa. Dia kembali berpaling ke video yang ditayangkan.
PAK RUDI
Apa aku akan ke surga, Rakhma?
BU RAKHMA
Aku janji, Rudi.
Lalu Pak Rudi tiba-tiba melotot, seluruh tubuhnya kejang.
Pak Irham akhirnya berekspresi, terkejut, bergerak mundur.
Bu Rakhma tak bergeming. Tangannya mencengkeram tangan Pak
Rudi kuat-kuat. Lalu satu hentiakan dan tubuh Pak Rudi
langsung lemas, tak bergerak sama sekali.
Bu Rakhma bercondong ke depan dan mencium bibirnya.
SISKA
(berbisik)
What the fuck...
JORDANA
(berbisik)
Kita beneran abis ngeliat orang
meninggal?
NARATOR (V.O.)
Dengan kepergian Bapak Rudi
Ardiwilaga, kepemilikan Sibil
Agency jatuh kepada istrinya Ibu
Rakhma Ardiwilaga...
Kita fokus pada wajahnya Omar, mendekatinya dengan perlahan.
CUT TO BLACK.
END OF EPISODE 1.
Komentar
Posting Komentar