Suatu Pesta di Sibil Agency - 01x01 - Pilot

Exported Screenplay
Suatu Pesta di Sibil Agency
01x01 - Pilot
by
Kurnia Cahya Putra
kurniacputra@gmail.com
***
INT. MALL, BUTIK - SIANG
 
Secarik foto tua menampakkan pria 30-an dengan senyuman yang
menyerempet tawa sedang membopong anak bertopi Tersanjung di
punggungnya. Foto itu dipegang oleh pria tersebut--keriput
halus mengindikasikan selang waktu--yang sekarang berdiri
menghadap ruang ganti sebuah butik lokal di dalam mall.
 
                      OMAR (O.S.)
          Yah? Aman di luar?
 
Pria itu mendongak. Tirai ruang ganti di hadapannya masih
tertutup.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Aman, aman... Ayah lagi ngeliatin
          foto kita waktu ke Jogja pas kamu
          kelas 2 SD.
 
                      OMAR (O.S.)
          Haha kenapa?
 
                      AYAHNYA OMAR
          Ayah kepikiran buat--kamu tau kan
          di Internet suka ada yang bikin
          ulang foto gitu? Perbandingan waktu
          dulu gimana, terus sekarang gimana?
 
                      OMAR (O.S.)
          Tau...
 
                      AYAHNYA OMAR
          Ayah mikir kita bisa bikin ulang
          foto ini di wisuda kamu.
 
                      OMAR (O.S.)
          Foto kita yang gendong-gendongan?
          Emang ayah masih kuat?
 
                      AYAHNYA OMAR
          Hahaha kurang ajar. 
 
                      OMAR (O.S.)
          Bercanda. Lucu kok. Mau Omar.
 
Tirai tersingkap. OMAR keluar mengenakan tuksedo dengan
potongan yang amat pas pada badannya yang berisi.
 
                      OMAR
                (menyodorkan ponsel)
          Tolong fotoin dong buat IG Story.
 
Ayahnya terdiam. Mata menerawang menatap Omar. Sunggingan
kecil naik. Sebuah senyuman.
 
                      OMAR
          Yah? Ayah?
                (tertawa)
          Ya Allah, ini momen haru gitu, ya?
 
                      AYAHNYA OMAR
                (tertawa)
          Kayaknya baru kemarin aja ayah
          gendong kamu di Jogja.
                (jeda)
          Bangga banget ayah.
 
Omar terdiam. Senyuman kecil juga muncul.
 
                      OMAR
          Thank you.
                (jeda)
          OK, sekarang fotoin.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Oh, iya.
 
Ayahnya Omar menyelipkan foto lamanya ke dompet dan menerima
ponselnya Omar.
 
EXT. JALAN RAYA - SIANG
 
Siang yang teduh. Mobilnya Omar lewat di jalan yang lengang.
 
INT. MOBIL - SIANG
 
Omar berada di balik kemudi. Ayahnya di sampingnya.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Nanti cobain lagi jasnya di rumah,
          Mar. Mama pasti seneng liatnya.
 
                      OMAR
          Takut lecek deh Omar--
 
Suara denting. CLOSE ON PONSELNYA OMAR di dashboard.
Notifikasi like fotonya muncul. Omar meliriknya.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Ya, sekali aja, abis itu langsung
          diplastikin dan digantung lagi.
 
Suara denting lagi. Kali ini comment: "Ganteng amat, Mar."
Omar mengambil ponselnya.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Jangan main HP, Mar di mobil.
 
                      OMAR
          Bentar aja kok.
 
Omar membuka kunci pin ponselnya.
 
Kita melihat Ayahnya Omar dari sisi samping. Di luar jendela
mobil, TRUK BESAR MELAJU CEPAT KE ARAH MOBIL MEREKA. Suara
klakson yang memekakkan hingga - -
 
EXT. STASIUN KERETA - PAGI
 
Sebaris kereta melaju dengan cepat.
 
INT. KERETA - PAGI
 
Selang waktu nampak dari berewok dan rambut gondrong Omar.
Dia berdiri memegang tiang dan ponsel. Mata pada layar.
 
CLOSE ON LAYAR PONSEL. Omar sedang membuka kontak. Dia men-
scroll, lalu berhenti di "MAMA". Omar nampak ragu, tapi
akhirnya men-tap ikon panggil dan menempelkan ponsel di
telinganya.
 
                      MAMANYA OMAR (O.S.)
          Halo?
 
Omar membuka mulut hampir memproduksi suara, tapi akhirnya
hanya mengembuskan napas dan memutuskan panggilan. Dia
menyelipkan ponselnya ke saku celana.
 
(AWAL RANGKAIAN ADEGAN)
 
EXT. STASIUN KERETA - PAGI
 
Omar berjalan di sepanjang peron ke arah pintu keluar.
 
EXT. TROTOAR - PAGI
 
Omar menunggu di pinggir jalan. Skuter matik lalu berhenti
di depannya. Mereka berbincang sejenak sebelum Omar menerima
helm dari sang pengemudi dan naik ke jok belakang.
 
EXT. JALAN RAYA - PAGI
 
Omar tidak banyak omong di sepanjang perjalanan, sementara
pengemudinya terus berceloteh.
 
EXT. TAMAN PEMAKAMAN - PAGI
 
Omar dan ojeknya melewati jalan berbatu yang membelah sebuah
taman pemakaman. Omar mengamati nisan-nisan di sana.
 
(AKHIR RANGKAIAN ADEGAN)
 
EXT. KOMPLEK - PAGI
 
Skuter matik itu berhenti di depan gerbang sebuah bangunan.
Omar turun dari jok belakang. Dia membayar ke pengemudinya
lalu memencet bel.
 
Gerbangnya terbuka. Seorang satpam berseragam menyambut.
 
                      SATPAM
          Pagi, pak. Ada yang bisa dibantu?
 
                      OMAR
          Saya mau ketemu Mbak Tika? Ini hari
          pertama saya.
 
                      SATPAM
          Oh, iya, silakan masuk, pak. Nanti
          tunggu aja di lobi. Mbak Tika udah
          dateng kok.
 
                      OMAR
          Thanks.
 
EXT. SIBIL AGENCY - PAGI
 
Omar melangkah masuk dan melalui driveway-nya. Beraspal dan
luas. Dia berhenti beberapa langkah dari tangga teras untuk
mengamati dengan seksama.
 
Bangunan itu rumah. Luar biasa besar. Patut disebut mansion.
Teras depannya terbuat dari marmer. Pilar-pilar raksasa
menjaga langit-langitnya yang tinggi berlapis kayu pelitur
dengan lampu-lampu kuning yang masih masih menyala dan
memberikan nuansa megah sekaligus hangat.
 
Omar akhirnya menapaki tangga tersebut, kemudian membuka
pintu gandanya dan masuk ke dalam.
 
INT. SIBIL AGENCY, LOBI - PAGI
 
Lobi itu terlihat lebih seperti lobi hotel dibanding lobi
kantor atau bahkan ruang tamu sebuah rumah. Omar melambat
untuk mengamat. Terdapat dua set sofa, chandelier besar,
meja resepsionis, dan tanaman-tanaman tinggi.
 
Omar berhenti di depan sebuah lukisan besar dari seorang
wanita tua (60-an akhir) berkebaya yang duduk di kursi dan
lelaki (40-an) berjas yang berdiri tegap di belakangnya.
 
                      MBAK TIKA (O.S.)
          Itu Pak Irham, kepala divisi cabang
          kantor ini, dan itu ibunya, Bu
          Rakhma, CEO Sibil Agency.
 
Omar menoleh ke belakang. MBAK TIKA (30-an), wanita yang
penampilannya berkelas dari jas wanita dan rok pensilnya,
tersenyum kepadanya.
 
                      MBAK TIKA
                (mengulurkan tangan)
          Hai, saya Tika. Kamu copywriter
          kita yang baru kan?
 
                      OMAR
                (menjabat tangan Tika)
          Omar.
 
                      MBAK TIKA
          Mari.
 
Omar mengikuti Mbak Tika meninggalkan lobi.
 
INT. SIBIL AGENCY, AULA - PAGI
 
Kita berada di dalam ruangan. Dari pintunya yang terbuka,
kita melihat Mbak Tika dan Omar yang lewat. Mbak Tika
berhenti, membuat Omar juga berhenti.
 
                      MBAK TIKA
          Eh, gimana persiapannya? Aman?
 
Di dalam aula, SISKA (25), gadis cantik yang berpakaian agak
terbuka sedang berdiri membaca semacam naskah bersama JIMMY
(22), lelaki berambut keriting dan berkacamata.
 
Mbak Tika dan Omar melangkah masuk.
 
                      SISKA
          Saya udah bilangin Jimmy buat nggak
          make card karena itu cuma bakalan
          narik perhatian ke tangannya yang
          gemeteran, tapi dia ngeyel.
 
                      MBAK TIKA
          Bu Rakhma kemungkinan besar dateng,
          lho jadi harus asyik beneran, ya.
 
                      JIMMY
          Thanks, mbak. Itu nggak bikin saya
          nerveous sama sekali.
 
                      SISKA
                (melirik Omar)
          Dia lumayan cakep. Kenapa nggak dia
          aja yang jadi host?
 
                      JIMMY
          Buat ngegantiin lo kan?
 
                      SISKA
          Nice.
 
Jimmy dan Siska ber-high-five.
 
                      MBAK TIKA
          Kenalin, ini copywriter baru kita,
          namanya Omar.
 
Omar bergantian bersalaman dengan Jimmy dan Siska. Ketiganya
saling menyebutkan nama masing-masing.
 
                      MBAK TIKA
          Jimmy dan Siska bakalan jadi host
          di acara anniversary kantor lusa
          ini.
 
                      SISKA
          Lo bakalan dateng kan?
 
                      OMAR
          Uh... Belum tau sih.
 
                      JIMMY
          Gua saranin jangan. Siska kayak
          kelinci belum dikebiri. Lo nggak
          bakalan selamat.
 
Siska menyenggol sikut Jimmy.
 
                      MBAK TIKA
          Omar nggak punya pilihan lain. Ini
          mandatory.
 
                      OMAR
          Oh, ya?
 
                      MBAK TIKA
                (menarik Omar pergi)
          Good luck, guys.
 
Mbak Tika dan Omar meninggalkan Siska dan Jimmy yang
langsung kembali fokus latihan.
 
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - PAGI
 
Omar dan Mbak Tika menanjaki tangga melingkar berkarpet.
 
                      MBAK TIKA
          Susah nggak nyari kantornya?
 
                      OMAR
          Nggak sih. Google Maps.
 
                      MBAK TIKA
          Kamu tinggal di mana?
 
                      OMAR
          Depok.
 
                      MBAK TIKA
          Jauh, ya? Nemenin orang tua?
 
                      OMAR
          Uh... Nggak, saya ngekost.
 
                      MBAK TIKA
          Kenapa nggak ngekost di deket sini
          aja sekalian?
 
Mereka berdua berhenti di ujung atas tangga.
 
                      OMAR
          Saya... Belum kepikiran aja.
 
                      MBAK TIKA
                (jeda)
          Kamu nggak banyak omong, ya?
 
Mbak Tika dan Omar berjalan ke arah area kerja: sebuah open
space dengan meja tak bersekat yang diramaikan karyawan. Ada
yang berlalu-lalang. Ada yang menempel di meja.
 
                      ERIN
          Eh, Omar...!
 
Omar beraling. ERIN (21), seorang gadis yang tidak banyak
gaya dengan kemeja flannel, jins hitam belel dan sepatu
botnya, menghampiri Omar dan memeluknya dengan hangat.
 
                      ERIN
          Selamat datang...
 
                      OMAR
          Hai, Rin.
 
Mereka berdua melepaskan diri.
 
                      MBAK TIKA
          Oh, iya. Kalian sekampus, ya?
 
                      ERIN
          Yep. Sastra Inggris 2015.
 
                      MBAK TIKA
                (ke semua orang)
          Semuanya, aku mau kenalin, ini copy
          baru kita, Omar.
 
Semua orang berdiri dan menyalami Omar satu per satu. Mbak
Tika lalu membawanya ke salah satu meja kosong. Erin juga
ikut bersama mereka.
 
                      MBAK TIKA
          Ini meja kamu. Kalo ada apa-apa WA
          saya aja, ya. Kalo nggak nanya aja
          ke Erin.
 
                      OMAR
          Baik, mbak.
 
                      MBAK TIKA
          Selamat datang di keluarga Sibil
          Agency.
 
                      OMAR
          Thank you.
 
Mbak Tika melangkah pergi. Erin duduk di atas meja Omar.
 
                      ERIN
          Hm, gua suka nih look baru lo.
          Nggak semanusia goa kayak kemarin,
          tapi masih ada beard sama rambut
          panjangnya. Lo kayak Jared Letto.
 
                      OMAR
          Iya. Gua udah motong dari pas
          interview kemarin sama Pak Irham.
 
                      ERIN
          Sayang banget gua musti meeting
          sama klien waktu itu.
 
                      OMAR
          Thanks udah nge-recommend gua buat
          kerjaan ini.
 
                      ERIN
          Well, gua nggak ada pilihan lain.
          Lo nggak keluar selama tiga bulan
          penuh.
                (jeda)
          Apa kabar lo?
 
                      OMAR
          OK. Better.
 
                      ERIN
          Dan nyokap lo?
 
                      OMAR
          OK juga. Kayaknya.
 
                      ERIN
          Lo belum ketemu dia, ya?
 
Omar membuka mulutnya, tapi lagi-lagi tak ada suara yang
keluar. Erin menurunkan dirinya dan duduk di kursi.
 
                      ERIN
          Mar... Gua cuma pengen lo tau...
                (jeda)
          Gua tau kalo keadaan nggak bakalan
          pernah balik kayak semula, tapi at
          least kita harus bergerak, Mar. Lo
          nerima kerjaan ini... Itu salah
          satu caranya. Cara lain mungkin,
          dan gua harap lo mau, adalah lo
          bisa mulai terbuka. Bisa ke orang
          lain. Bisa ke gua... Gua paham
          rasanya kehilangan orang tua, Mar.
                (tertawa)
          Gua nggak bakal di panti asuhan
          kalo gua nggak kepisah dari nyokap
          di Cinere Mall.
 
Omar terdiam, tapi akhirnya mengangguk.
 
                      OMAR
          Thanks. Gua bakalan pertimbangin.
 
                      KALIN
          Rin, gua butuh mastiin sama lo soal
          harga talent buat TVC Pepsodent.
 
KALIN (20-an), seorang gadis yang sangat girly dengan baju
terusan bermotif kembang dan cardigan pastelnya datang
dengan lembaran kertas untuk Erin.
 
                      ERIN
          Oh, OK. BTW, ini temen kampus gua.
          Dia karyawan baru di sini.
 
Omar dan Kalin bersalaman.
 
                      KALIN
          Kalin.
 
                      OMAR
          Omar.
 
                      KALIN
          Planner?
 
                      OMAR
          Copy.
 
                      ERIN
          Kalin satu-satunya planner di sini.
          Dia nge-handle semua brand. In a
          way, dia kayak nyokapnya kita-kita.
 
                      KALIN
          Yes, sesaat tadi gue kayak, yay,
          ada bantuan baru, tapi gua salah.
                (jeda)
          Bukan berarti gua nggak seneng lo
          di sini! Copy baru juga bagus--
 
                      OMAR
                (mengangkat tangan)
          It's okay.
 
                      KALIN
                (mengembuskan napas)
          It's nice to meet you.
                (Omar mengangguk)
          OK, Rin, ayo?
 
                      ERIN
                (ke Omar)
          See you at lunch.
 
Erin dan Kalin berjalan pergi.
 
Omar mengeluarkan laptopnya. Sembari menunggu booting,
matanya menyapu keliling. Dia berhenti pada JORDANA (24)
seorang gadis berkuncir kuda dengan pakaian serba hitam dan
salah satu karyawan yang mendapatkan komputer sendiri.
 
Jordana merasakan tatapan itu dan menoleh. Omar membuang
muka dan kembali fokus pada laptopnya.
 
                                             CUT TO:
 
EXT. SIBIL AGENCY, HALAMAN BELAKANG - SIANG
 
Sebuah halaman luas dengan beberapa meja dan spot lain yang
diduduki karyawan-karyawan yang beristirahat. Ada kolam
renang di sana, segerombolan cewek ngerumpi di tepinya.
 
Jordana duduk sendirian di salah satu meja, menyantap makan
siang, sepenuhnya damai dengan handsfree di telinga. Dari
sudutnya, kita paham bahwa ini POV seseorang.
 
Di meja lain, Omar sedang terdiam mengamatinya.
 
                      ERIN
          Thanks udah jagain mejanya, Mar.
 
Erin muncul dengan Kalin dan duduk di kursi yang tersisa.
Dia menaruh satu kotak makan besar di depan Omar.
 
                      ERIN
          Gua ngambilin lunch lo juga.
 
                      OMAR
          Thanks.
                (jeda, melirik Jordana)
          Kenapa kita nggak gabung sama dia
          aja? Sayang mejanya.
 
                      KALIN
          Siapa? Jordana?
 
                      OMAR
          Itu namanya?
 
                      ERIN
          Kalo bukan soal kerjaan, Jordy
          nggak suka ngobrol.
 
                      OMAR
          Kenapa?
 
Erin mengangkat bahu.
 
                      ANTON
          Karena dia freak.
 
ANTON (20-an), pria kekar yang tampan konvensional, muncul
mengecup pipinya Kalin dan duduk di kursi yang masih kosong.
 
                      ERIN
          Jahat ah, Ton.
 
                      KALIN
                (menepuk Anton)
          Iya ih...
 
                      ANTON
          Gua bilang gitu juga karena gua tau
          orangnya nggak bakal baper.
                (membuka kotak makan)
          Beda banget, ya dia sama Jimmy?
          Kenapa bisa gitu, ya?
 
                      ERIN
          Emang lo nggak denger? Mereka nggak
          dibesarin bareng-bereng kan.
 
                      ANTON
          Maksud lo kayak dia dibesarin sama
          gorila?
 
                      KALIN
          Itu Tarzan.
 
                      OMAR
          Jordana sama Jimmy kakak-adek?
 
                      ANTON
                (menyadari adanya Omar)
          Yes. Hai, gua Anton. Lo?
 
Anton dan Omar berjabat tangan.
 
                      OMAR
          Omar.
 
                      ANTON
          Oh... Erin udah cerita banyak soal
          lo. Cowok tereksis kampus, ya.
 
                      KALIN
          Keliatan sih. Lumayan ganteng Omar.
 
                      ANTON
          WHAT?
 
Anton berpua-pura marah. Kalin menjulurkan lidah, dan Anton
langsung membekapnya. Kalin tertawa-tawa sementara Anton
dengan gemas mencengkeram wajah Kalin dengan tangannya.
 
                      ANTON
          Lumayan ganteng, ya? Hah? Hah?!
 
                      ERIN
          Sori, Mar, baru tunangan soalnya.
 
                      OMAR
                (berusaha mengabaikan
                 Kalin dan Anton)
          Eh, lo bukannya lagi nyusun jurnal?
 
                      ERIN
          Yep. Udah rilis di Scopus. Tiga
          bulan yang lalu. Gua ngajak anak-
          anak buat ngerayain segala macem.
 
                      OMAR
          Hm...
                (jeda)
          Tiga bulan yang lalu, ya?
 
                      ERIN
          Mm-hm.
 
                      OMAR
          Gua...
                (jeda)
          Sori.
 
                      ERIN
          Nggak usah sori. Yang penting lo di
          sini sekarang.
 
                      ANTON
                (mencairkan suasana)
          Ngomong-ngomong soal pesta, pada
          excited nggak lusa? Jimmy bilang
          Pak Irham bakalan open table.
 
                      KALIN
          Kayak di dalem kantor?
 
                      ERIN
          Well, that's irresponsible.
 
Dan mereka mulai mengobrol seperti biasa. Omar membuka kotak
makannya.
 
                                             CUT TO:
 
EXT. JALAN RAYA - SIANG
 
EXTREME CLOSE UP. Omar membuka mata.
 
Jalan raya itu kosong. Hanya ada mobil terbalik, dan Omar
yang tengkurap penuh luka. Baju sama seperti adegan pertama.
 
Omar bangkit berdiri. Lumayan susah-payah. Dia menoleh ke
kanan-kiri. Lalu, dia menemukan ayahnya. Melangkah maju,
menuju jurang di hadapannya.
 
Omar berlari ke arahnya. Tangan merentang, ingin meraih.
 
Ayahnya semakin dekat ke tepian. Lalu, dia berhenti,
berputar menghadap Omar.
 
                      AYAHNYA OMAR
          Kenapa kamu bunuh ayah, Mar?
 
Dan Omar tiba-tiba terjatuh, masuk ke - -
 
EXT. BAWAH AIR - SIANG
 
Omar berusaha sebisanya untuk naik ke permukaan. Tapi, dia
tidak sanggup. Dia hanya membuang-buang tenaga. Tapi, dia
tidak boleh gagal. Ayahnya di luar sana. Dia tidak boleh - -
 
INT. KOSTNYA OMAR - MALAM
 
Kedua mata Omar mengerjap terbuka. Kita berputar dan mundur
untuk melihatnya sepenuhnya, terbaring di atas tempat tidur.
Omar menyingkap selimut dan bangkit duduk. Dia menoleh ke
permukaan kasur. Sebagian besar basah karena keringatnya.
 
                                             CUT TO:
 
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - SIANG
 
Omar melamun di depan laptop di mejanya.
 
CLOSE ON LAYAR LAPTOP. Omar men-scrolling pilihan tontonan
di Netflix. Mbak Tika lalu muncul menghampirinya. Omar
langsung mengganti tab browser-nya.
 
                      MBAK TIKA
          Omar, kumpul dulu, yuk sebentar.
                (ke Jordana dan Siska)
          Kalian juga, ya, Jordy, Siska?
 
Jordana dan Siska yang berada di meja yang cukup jauh
melirik dari balik komputer dan laptop mereka.
 
Mbak Tika beranjak pergi, sebelum - -
 
                      MBAK TIKA
          Siska, kamu account executive atau
          pedagang melon? Kancingin kerahmu.
 
Siska memutar mata dan mengancingi kancing atas kemejanya.
 
INT. SIBIL AGENCY, AULA - PAGI
 
Omar, Siska, dan Jordana masuk dipimpin Mbak Tika. Di sana,
terdapat barisan kursi yang mengarah ke panggung kecil di
ujung ruangan. Mesin proyektor menembakkan cahaya ke layar
putih di panggung. Selain itu, gelap.
 
Omar mengamati sekeliling. Dia memicingkan mata. Ada sosok
yang duduk di kursi aula barisan paling belakang.
 
                      MBAK TIKA
          Silakan.
 
Mbak Tika menyentuh pundak Omar dan memintanya duduk di
barisan kursi terdepan bersama Siska dan Jordana.
 
                      SISKA
          Kita mau di-brainwash, ya?
 
                      MBAK TIKA
          Otak kamu emang perlu dicuci, Sis.
 
Jordana tergelak. Siska langsung menoleh.
 
                      SISKA
          Wow, gua berhasil bikin Jordana
          ketawa, ya?
 
                      JORDANA
          Sebenernya Mbak Tika sih yang
          berhasil bikin gua ketawa.
 
                      OMAR
          Ada apa, mbak?
 
                      MBAK TIKA
          Biar bapaknya sendiri aja, ya yang
          ngejelasin.
 
Mbak Tika menggestur ke belakang. Mereka bertiga menoleh dan
melihat sosok tadi melangkah maju menuju panggung.
 
                      PAK IRHAM
          Pagi, semuanya. Kalian ada di sini
          hari ini sederhananya karena kalian
          adalah yang terbaik dari yang
          terbaik. Sibil Agency adalah tempat
          yang spesial, dipenuhi oleh
          orang-orang yang spesial, dan
          kalian adalah salah satunya.
 
PAK IRHAM (40-an) tiba di panggung dan berputar menghadap
orang-orang di bawahnya. Dari cahaya proyektor yang jatuh
padanya, kita bisa melihat dia adalah pria yang fit, tegap,
dan tampan--persis seperti di lukisan lobi.
 
                      PAK IRHAM
          Saya Irham Ardiwilaga, kepala
          divisi digital Sibil Agency.
          Selamat datang.
 
Hening.
 
                      JORDANA
          Dramatis, ya.
 
Semua orang langsung menoleh ke Jordana, seakan bertanya,
"Demi apa dia bilang itu?"
 
Pak Irham tidak tersinggung. Presensinya terlalu besar untuk
itu. Dia tertawa dan mulai melangkah.
 
                      PAK IRHAM
          Untuk 5 menit ke depan, saya akan
          ngasih liat kalian video tentang
          bagaimana perusahaan ini terbentuk.
          Siapa kita, apa visi kita, apa misi
          kita--semuanya agar kalian tau
          purpose kalian sesungguhnya.
                (ke Mbak Tika)
          Tika.
 
Mbak Tika mengangguk dan menghampiri sebuah laptop di meja
dan menyiapkannya. Pak Irham turun dari punggung dan duduk
beberapa kursi dari Omar--membuat Omar menoleh melihatnya.
 
                      PAK IRHAM
          Hai, Omar. Kita udah lama nunggu
          kamu.
 
Omar, agak bingung, hanya mampu memberikan senyum sekilas.
 
Video berputar, mereka kembali berpaling ke depan.
 
Kumpulan establishing shot dari berbagai sudut gedung pusat
Sibil Agency. Kita melihat bangunan pencakar langitnya di
daerah Sudirman, lobinya yang megah, karyawan-karyawan yang
berlalu-lalang, selebriti-selebriti, dan lain-lain.
 
                      NARATOR (V.O.)
          Hanya dalam kurun waktu tiga tahun,
          Sibil Agency sudah memiliki 500
          lebih karyawan dan empat kantor
          cabang dengan divisinya masing-
          masing: Digital Agency, Talent
          Agency, Software Development, dan
          Public Relations. Tapi, tahukah
          kamu? Sebelum menjadi agency
          decacorn pertama di Indonesia dan
          dunia, Sibil Agency dimulai hanya
          dari sebuah mimpi di rumah di
          Jakarta Selatan ini.
 
Establishing shot rumah ini. Mansion yang mereka tengah
singgahi, namun lebih kecil dan jauh lebih sederhana.
 
                      NARATOR (V.O.)
          Di dalam tempat tinggal yang kelak
          menjadi divisi Digital Agency, 
          Rudi Ardiwilaga, putra dari Aris
          dan Andina Ardiwilaga, mengumpulkan
          rekan-rekan industri kreatifnya dan
          mewujudkan impian terdalamnya:
          mendirikan advertising agency yang
          menutupi semua celah.
 
Fotonya PAK RUDI (50-an), mirip dengan Pak Irham, dan rekan-
rekannya muncul. Seperti sebuah pesta. Rudi berada di kursi
besar, seperti singasana, orang-orang bersorak di
sekelilingnya, segelas anggur di semua tangan.
 
                      NARATOR (V.O.)
          Sayangnya, setahun setelah Sibil
          Agency terbentuk, Rudi menderita
          kanker yang kemudian mengambil
          nyawanya.
 
Sebuah video muncul. Rudi berada di atas kasur. BU RAKHMA,
wanita dari lukisan di lobi, memegang tangannya erat di
sampingnya. Pak Irham juga ada di sana. Matanya kosong.
 
                      PAK RUDI
                (menangis)
          Sakit sekali, Rakh...
 
                      BU RAKHMA
                (men-shush)
          Pasrahkan, Rudi... Pasrahkan...
 
                      PAK RUDI
          Aku masih belum mau mati, Rakhma.
 
                      BU RAKHMA
          Ingat tujuanmu dalam rencananya.
          Kematianmu juga sama berartinya
          dengan hidupmu.
 
Omar menoleh ke arah Pak Irham. Dia menyadari sesuatu di
nadinya. Sebuah tato. Omar tak bisa memastikan gambarnya
apa. Dia kembali berpaling ke video yang ditayangkan.
 
                      PAK RUDI
          Apa aku akan ke surga, Rakhma?
 
                      BU RAKHMA
          Aku janji, Rudi.
 
Lalu Pak Rudi tiba-tiba melotot, seluruh tubuhnya kejang.
Pak Irham akhirnya berekspresi, terkejut, bergerak mundur.
Bu Rakhma tak bergeming. Tangannya mencengkeram tangan Pak
Rudi kuat-kuat. Lalu satu hentiakan dan tubuh Pak Rudi
langsung lemas, tak bergerak sama sekali.
 
Bu Rakhma bercondong ke depan dan mencium bibirnya.
 
                      SISKA
                (berbisik)
          What the fuck...
 
                      JORDANA
                (berbisik)
          Kita beneran abis ngeliat orang
          meninggal?
 
                      NARATOR (V.O.)
          Dengan kepergian Bapak Rudi
          Ardiwilaga, kepemilikan Sibil
          Agency jatuh kepada istrinya Ibu
          Rakhma Ardiwilaga...
 
Kita fokus pada wajahnya Omar, mendekatinya dengan perlahan.
 
                                             CUT TO BLACK.
 
END OF EPISODE 1.

Komentar

Postingan Populer