Suatu Pesta di Sibil Agency - 01x02 - After Office Hour
Suatu Pesta di Sibil Agency
01x02 - After Office Hour
by
Kurnia Cahya Putra
kurniacputra@gmail.com
***
INT. SIBIL AGENCY, PANTRY - SIANG
Omar, Jordana, dan Siska keluar dari aula dan langsung tiba
di pantry. Jimmy sedang duduk di kursi tinggi di depan
konter, membaca berita di iPadnya sambil menyesap kopi.
OMAR
Mana Mbak Tika?
SISKA
Masih di aula sama Pak Irham.
JIMMY
Abis pada ngapain, guys?
Siska, Omar, dan Jordana mulai menyebar ke penjuru ruangan.
SISKA
Dikasih unjuk video snuff.
JIMMY
Oh, orientasi? Iya. Creepy, ya?
JORDANA
Lo dikasih liat juga?
JIMMY
Kayaknya semua karyawan baru
dikasih liat. Tapi nggak tau sih.
Kemarin sih gua, Anton, Erin, sama
Kalin dikasih liat bareng-bareng.
OMAR
Oh, kalian karyawan baru juga?
JIMMY
Iya. Udah mau selesai probasi kita.
SISKA
Gua ke atas ah. Musti nonton Disney
dulu gua buat ngilangin feeling
kotor kayak gini.
Siska meninggalkan mereka bertiga dan menaiki tangga.
JIMMY
Jangan lupa latihan!
Jimmy lalu berpaling ke arah Jordana yang sedang menyeduh
kopi. Dia turun dari kursi dan menghampirinya. Agak jauh
dari mereka, Omar menaruh siku di meja konter lain dan
bersandar untuk membuka ponselnya dengan santai.
JIMMY
Gimana, kak so far di sini?
JORDANA
(menoleh mengecek)
Fine. Nggak ada yang nggak bisa gua
handle.
JIMMY
OK. Good.
Jordana hanya memberikan sekilas senyum.
JIMMY
Mama sama papa--
JORDANA
(langsung berhenti)
OK.
(menghadap Jimmy)
Denger, Jim... Gua... Berterima
kasih karena lo udah ngasih gua
kerjaan ini, tapi itu nggak berarti
semuanya udah termaafin.
Omar melirik ke atas menyadari perbincangan mereka.
JIMMY
Gua nggak bermaksud--
JORDANA
Gua nggak mau ngomongin mama sama
papa. Gua bahkan nggak sanggup
dengerin nama mereka.
(jeda)
Sori. Ini bukan tentang lo.
Jordana membawa kopinya menaiki tangga.
Jimmy mengembuskan napas dan berputar, langsung bertemu
tatap dengan Omar.
JIMMY
Sori, lo musti dengerin semua--
OMAR
(mengangkat kedua tangan)
Lo nggak perlu ngejelasin ke gua.
Jimmy berjalan mendekat untuk mengambil cangkirnya dan ke
bak cuci untuk mencucinya.
JIMMY
Kakak gua... Sejak dia misah dari
rumah semuanya jadi... Kita nggak
punya hubungan yang begitu baik.
OMAR
Jadi, lo ngasih dia kerjaan buat
ngebenerin hubungan itu?
Jimmy menoleh. Omar langsung memahami tatapannya.
OMAR
Kalo lo nggak banyak omong, lo
bertendesi buat ngedenger.
JIMMY
Sebagian, iya. Mostly karena gua
khawatir. Kakak gua darah tinggi
kan. Dia nggak pernah bertahan di
satu job lebih dari sebulan.
OMAR
Itu yang bikin dia misah dari rumah
lo? Darah tinggi?
JIMMY
Kalo dia bener, nggak sesimple itu.
(jeda)
Dia berantem sama orang tua gua.
Dia bilang oom gua megang-megang
dia pas mereka lagi nggak di rumah.
OMAR
Dan mereka nggak percaya sama dia?
JIMMY
(menggeleng)
Nyokap gua terlalu sayang sama
adeknya.
OMAR
Kalo lo?
Jimmy selesai mencuci dan mematikan kran.
JIMMY
Honestly, gua nggak tau, Mar. Gua
13 tahun waktu itu. Gua bahkan
nggak tau perkaranya apa sampe
setahun yang lalu. Tapi, itu cukup
buat ngebikin kakak gua masukin gua
ke sisi orang tua gua karena of
course, selalu ada dua sisi.
Ada keheningan, tapi entah mengapa, tidak mencanggungkan.
OMAR
Lo ngungkap banyak hal, ya ke orang
yang baru lo kenal selama 24 jam.
JIMMY
Kayaknya karena itu deh. Gua nggak
perlu takut judgment lo karena gua
belum cukup deket sama lo buat
peduli.
OMAR
Anehnya, itu hal paling ramah dan
tulus yang orang bilang ke gua
selama di kantor ini.
Jimmy tersenyum melewati Omar dan naik ke atas tangga.
CUT TO:
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - SIANG
Omar sedang duduk di depan laptopnya, mata memicing meminta
konsentrasi penuh. Kita mendekatinya dengan perlahan.
Di LAYAR LAPTOP, kita melihat Omar membaca berita lama.
"PENDIRI SIBIL AGENCY MENINGGAL KARENA KANKER DARAH". Omar
meng-klik foto yang ada hingga memenuhi layar. Pak Rudi
sedang berpose bersama soerang pemuda, tak jauh lebih tua
dari Omar. Mereka terlihat akrab.
Omar membuka Google Image, mengetikkan nama Rudi Ardiwilaga.
Barisan foto Pak Rudi muncul, beberapa dengan pemuda itu.
Cukup banyak untuk menonjol. Omar meng-klik salah satunya,
lalu memencet tanda panah melihat-lihat foto mereka lainnya.
ERIN
Mar, lo udah selesain EP Fruit Tea
bulan April belum?
OMAR
On my way, Rin.
ERIN
Hari ini, ya. Itu Pak Rudi?
OMAR
Uh... Iya.
ERIN
Lo ngapain ngeliatin dia?
OMAR
Lo kenal nggak cowok ini siapa?
ERIN
Uh... Nggak. Nggak pernah liat.
OMAR
Pak Rudi sering banget foto sama
dia. Gua rasa dia karyawan sini.
ERIN
Kalau pun iya, jauh sebelum gua,
Mar. Gua juga baru kan di sini.
OMAR
Iya... Mungkin Mbak Tika kenal.
Ekspresi Erin berubah khawatir. Dia duduk di samping Omar.
ERIN
Mar, lo nggak apa-apa? Lo kaget,
ya?
OMAR
Hah? Kaget kenapa?
ERIN
Siska ngasih tau gua kalian abis
ditunjukkin video orientasi... Dan
gua tau isinya ada orang meninggal.
Seorang ayah... Mungkin lo--
OMAR
(tidak nyaman)
Ini bukan soal itu. Tenang, Rin.
Gua cuma... Intrigued, OK?
Erin tidak menurunkan raut cemasnya.
OMAR
Please, Rin. Lo mau gua bersikap
normal? Perlakuin gua kayak orang
normal.
ERIN
Lo bener. Gua minta maaf banget.
(bangkit berdiri)
Jangan lupa EP-nya, ya.
Omar mengangguk, dan Erin meninggalkannya. Dia kembali
menatap layar. Kita mendekati wajah pemuda di layar.
CUT TO:
EXT. SIBIL AGENCY - SORE
Hujan turun dengan deras, hampir menyerupai badai. Beberapa
tanaman pot tumbang dan kursi terbalik di lapangan.
INT. SIBIL AGENCY, LOBI - SORE
Omar sedang berdiri di depan tembok kaca, memandang kolam
renang yang dihujani di halaman. Di belakangnya, beberapa
karyawan turun dari tangga menuju pintu utama. Berbincang-
bincang akrab tentang perjalanan pulang.
Di antara karyawan itu, Kalin muncul dan menyadari Omar di
depan jendela. Dia menghampirinya.
KALIN
Mar, nggak balik?
Omar tersenyum pahit menunjuk ke arah hujan di luar.
KALIN
(tersenyum)
Kayaknya ada payung sisa deh di
lemari sapu.
OMAR
OK... Lo gimana? Bawa payung?
KALIN
(mengangkat payungnya)
Mbak Tika udah ngewanti-wanti kita.
Dia se-prepare itu emang. Gua
duluan, ya.
OMAR
(menarik tangan Kalin)
Lemari sapunya di mana?
KALIN
Di ujung, depan ruangannya Pak
Irham.
OMAR
Thank you.
KALIN
Bye.
Kalin berbalik dan bergabung lagi dengan teman-temannya.
Mereka semua keluar menyisakan lobi yang sunyi.
INT. SIBIL AGENCY, KORIDOR - KORIDOR
Sebuah lorong tinggi yang agak gelap karena cahaya hanya
datang melalui tembok kaca di ujung ruangan yang lain.
Kita mengikuti Omar dari belakang. Dia masuki lorong itu dan
berhenti di depan pintu kecil pada sisi tembok. Omar membuka
kuncinya dan menemukan sapu, pel, ember beserta alat bersih-
bersih lain di dalamnya. Dia menggeser-geser beberapa barang
tersebut setengah hati, gagal menemukan payung. Sedikit
kecewa, Omar menutup pintunya lagi dan berputar.
Omar terdiam. Di seberang lemari sapu, di sisi tembok lain
dari koridor itu, pintu ruang Pak Irham terbuka beberapa
senti. TRACK IN. Sayup-sayup ada denting alat makan.
Omar melangkah mendekat, kemudian mengintip ke celahnya.
Pak Irham duduk di mejanya, tegap, menyantap sesuatu dengan
alat makan yang lengkap, seperti di restoran. Omar tak bisa
melihat apa yang dia makan karena tertutup barang-barang
lain di atas meja, tapi yang jelas, dari potongan-
potongannya, Omar tahu bahwa itu adalah daging.
Ada yang aneh dari Pak Irham. Tatapannya kosong dan mulutnya
tak berhenti tersenyum. Seperti ada dunia sendiri yang dia
sedang nikmati di dalam kepalanya.
WAJAH SESORANG TIBA-TIBA MUNCUL DARI CELAH ITU. Omar sontak
mundur, tetapi setelah menenangkan diri, dia bisa melihat
itu hanya Mbak Tika, yang kemudian membuka pintu lebih lebar
untuk menyembulkan kepalanya.
MBAK TIKA
Ada yang bisa saya bantu, Mar?
OMAR
Saya lagi nyari payung.
MBAK TIKA
Ada di lemari sapu.
OMAR
Iya. Iya. Saya abis dari situ.
Nggak ada ternyata.
MBAK TIKA
OK...
Mereka berdua terdiam.
OMAR
Thanks.
Omar mengambil beberapa langkah pergi, tapi belum puas, dia
membalikkan badan dan kembali menghampiri Mbak Tika. Omar
mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto pemuda yang
kerap muncul di fotonya Pak Rudi.
OMAR
Mbak tau nggak ini siapa?
MBAK TIKA
Taulah. Dia mantan karyawan sini.
Namanya Rafly. Ada apa, Mar?
OMAR
Mantan? Dia resign?
MBAK TIKA
Hilang.
OMAR
Apa? Hilang gimana maksudnya?
MBAK TIKA
Suatu hari dia... Nggak dateng aja.
OMAR
Terus nggak ada yang nyariin?
MBAK TIKA
Kita nyoba kontak, tapi dia nggak
pernah ngangkat atau bales. Waktu
kita cek ke alamat yang dia kasih,
dia udah nggak ada di kostnya.
OMAR
Maksud saya kayak... keluarganya.
MBAK TIKA
Rafly nggak punya siapa-siapa.
OMAR
Rafly apa nama panjangnya?
Pertanyaan itu membuat Mbak Tika keluar sepenuhnya dari
ruangan, mengindikasikan dia memberikan atensinya.
MBAK TIKA
Omar, ada alasan tertentu nggak
kenapa kamu nanya-nanya ini?
OMAR
Saya cuma... Penasaran.
MBAK TIKA
Kamu agak bikin saya takut. Erin
ngasih tau saya buat ngawasin kamu.
OMAR
Erin bilang begitu?
PAK IRHAM (O.S.)
Kamu ngomong sama siapa, Tik?
MBAK TIKA
Omar, Pak.
(ke Omar)
Sori, Mar, aku harus balik.
Rileks... OK?
Mbak Tika kembali masuk dan menutup pintu di depan Omar.
INT. SIBIL AGENCY, LANTAI 2 - SORE
Omar selesai menaiki tangga dan tiba di lantai dua.
Pikirannya masih melayang entah ke mana.
JORDANA
Oh, gua kira gua sendirian di sini.
Omar menoleh dan melihat Jordana sedang mengisi Tumblr-nya
dengan air mineral dari dispenser.
OMAR
Nggak bawa payung juga?
JORDANA
(mengernyitkan dahi)
Bukan. Gua harus kerja.
Jordana kembali ke mejanya dan fokus pada komputernya.
OMAR
(menghampiri Jordana)
Kayaknya kita belum kenalan deh.
(mengulurkan tangan)
Gua Omar.
Jordana menoleh memandang dengan kecurigaan dan kebingungan,
tetapi tetap menerima jabatan tangan.
JORDANA
Jordy.
OMAR
Graphic designer?
JORDANA
Front-end developer.
(Omar nampak bingung)
Coding.
OMAR
Ah...
Omar duduk di atas meja kosong di samping Jordana.
OMAR
Gua parno atau video orientasi tadi
aneh ya, Jor?
JORDANA
Semua hal di kantor ini aneh. Pak
Irham? Gaya ngomongnya kayak aktor
teater atau film jadul, anjir. Mbak
Tika? Kayak assassin kelas tinggi
yang bisa bunuh lo cuma pake totok-
totok jari.
OMAR
Gua abis ngeliat Pak Irham makan
barusan.
JORDANA
Apaan? Janin?
OMAR
Nggak tau deh, gua nggak bisa liat,
tapi dia senyum terus, dan dia
nggak ngedip sama sekali.
JORDANA
(tertawa)
Serius lo?
OMAR
Mbak Tika juga di sana. Mastiin
mesinnya ke-charge penuh, gua rasa.
JORDANA
(geleng-geleng)
Kalo nggak butuh-butuh amat, gua
nggak bakal ambil deh kerjaan ini.
OMAR
Apalagi dari adek lo, ya?
JORDANA
(menoleh dengan kesal)
Jimmy cerita tentang gua, ya?
OMAR
Sedikit.
JORDANA
Bacot banget, anjir.
OMAR
Gua rasa karena dia butuh perhatian
deh. Termasuk dari lo.
JORDANA
Oh, OK, stranger.
Omar terdiam. Suasana berubah menjadi lebih serius.
OMAR
Sori, Jor. Atas segalanya.
JORDANA
Ah, geli. Terlalu intim. Biasa aja,
Mar. Maksud gua, semua keluarga
fucked-up kan? Nyokap-bokapnya
Anton cerai terus nelantarin Anton
waktu udah punya keluarga baru,
Erin ditinggal di mall, bokapnya
Kalin alkoholik, dan lo? Lo ada
masalah sama nyokap lo.
Omar terperangah. Jordana menoleh dan bertatapan dengannya.
JORDANA
Kalo lo nggak banyak omong, lo
bertendensi buat--
OMAR
--ngedenger.
JORDANA
(jeda)
Dunia dipenuhin sama orang-orang
sakit, Mar.
Jordana kembali fokus pada pekerjaannya. Omar berpaling
menatap hujan di luar jendela.
OMAR
Dan kita mungkin salah satunya.
INT. SIBIL AGENCY, LOBI - MALAM
Omar dan Jordana melangkah menuruni tangga, sudah mengenakan
jaket dan tas, siap untuk pulang. Suara hujan juga sudah
tidak terdengar di luar.
JORDANA
Lo deket banget nggak sama Erin pas
kuliah?
OMAR
Biasa aja sih. Kita deket setelah
bokap gua nggak ada. Dia orang
pertama yang nge-reach out ke gua.
JORDANA
Karena dia paham, ya? On some
levels.
Mereka tiba di bawah dan melihat keadaan lantai pertama yang
kosong melompong.
JORDANA
Hm. Kita orang terakhir, ya di
sini?
Omar berpaling ke arah lorong menuju lemari sapu dan ruangan
Pak Irham. Kita mendekatinya seraya dia mengamatinya. Omar
akhirnya memutuskan untuk berjalan ke sana.
JORDANA
Omar? Lo ngapain?
Omar mengabaikan Jordana, memaksanya untuk ikut juga. Omar
berhenti di depan pintu Pak Irham, dia berpandangan dengan
Jordana.
JORDANA
Apa?
Omar mengetukkan pintu itu. Jordana melotot.
JORDANA
Lo gila, ya? Lo mau kita dibunuh?
Omar mengacungkan telunjuk di depan wajah Jordana, kemudian
mencoba mengetuk lagi.
Tak ada jawaban.
Omar menyentuh gagang pintu dan menekannya. Terkunci.
OMAR
Sialan.
JORDANA
(jeda)
OK. Awas.
Omar memberi jalan untuk Jordana yang langsung melepas jepit
rambutnya dan berlutut di depan lubang kunci, mulai
membobol.
OMAR
Lo tau dari mana caranya ngebobol
kayak gini?
JORDANA
Lo banyak belajar hal waktu lo
emansipasi dari orang tua lo, Mar.
OMAR
Agak aneh nggak sih salah satu
kantor cabang perusahaan decacorn
nggak punya CCTV?
Cklek. Mata mereka melebar. Omar kembali menekan kenop dan
mendorongnya. Pintu terbuka lebar.
INT. SIBIL AGENCY, RUANGAN PAK IRHAM - MALAM
Omar dan Jordana melangkah masuk dengan hati-hati. Ruangan
itu luas dan elegan. Setengah bawah temboknya dilapisi kayu
pelitur dan setengah atasnya wallpaper bercorak. Mejanya Pak
Irham membelakangi lukisan pemandangan dan menghadap pada
satu set sofa dan meja kopi. Ada juga wilayah dapur dengan
kulkas mini, meja konter dan lemari makan di salah satu
sudut ruangan. Jendela utama menempel lebar dan tinggi,
seperti mengancam.
Jordana menutup pintu. Mereka berada di tengah ruangan.
JORDANA
OK... Apa yang kita cari di sini?
OMAR
Gua nggak yakin.
Omar menghampiri mejanya Pak Irham. Dia mengambil sebingkai
foto. Pak Irham berpose dengan beberapa pria di dalamnya.
OMAR
Njir, ini kombinasi orang teraneh
yang pernah gua liat. Pak Irham,
gubernur Jakarta, penyanyi 80-an,
sama aktor film action.
Jordana mendekat dan ikut melihatnya.
JORDANA
Mungkin mereka punya manufacturer
yang sama. Skynet.
Omar tergelak dan kembali menaruhnya.
OMAR
Atau Mattel.
JORDANA
Iya. Mereka lumayan diverse
akhir-akhir ini.
Omar berjalan mengitari meja dan membuka-buka lacinya.
Jordana meninggalkannya dan membuka laci lemari lain.
OMAR
Nemuin sesuatu nggak?
JORDANA
Nggak.
Jordana meninggalkan laci lemari itu dan menghampiri wilayah
dapur ruangan. Dia membuka lemari makan yang menempel di
tembok, di atas meja konter. Hanya bumbu-bumbu, mie instan,
dan peralatan makan. Dia hampir pergi, sebelum menyadari
sesuatu di bak cuci piring.
JORDANA
Omar...
OMAR
(mengangkat kepala)
Ya?
JORDANA
Lo musti liat.
Omar menutup laci meja dan menghampiri Jordana.
JORDANA
Kayaknya gua tau apa yang dimakan
sama Pak Irham.
Jordana melangkah mundur. Omar melewatinya dengan perlahan,
seluruh tubuhnya menegang. Dia mengecek bak cuci. Di sana,
ada piring dengan unggakan daging. Terpotong setengah dengan
cukup rapi, tapi bagian yang tersisa sudah cukup membuat
Omar menyadari bahwa itu TIKUS yang dikuliti.
OMAR
Fuck... Itu tikus?
JORDANA
Mar.
Omar menoleh. Jordana berada di depan kulkas mini. Pintunya
terbuka. Omar menghampirinya dan melihat di dalamnya - -
BELASAN PIRING BERISI TIKUS DIKULITI.
CUT TO BLACK.
INT. KAFE - MALAM
Omar dan Jordana berada di meja di teras, duduk bersebelahan
di smoking area. Kita bisa melihat berbagai kendaraan
melesat di latar belakang.
JORDANA
Ini apa?
OMAR
Reddit.
JORDANA
(menoleh)
Really? Lo ngepost di Reddit?
OMAR
Ya, gua nggak bisa exactly ngepost
question di IG story kalo lo makan
tikus artinya apa kan?
JORDANA
Fine.
(jeda)
Lo udah nyoba Google belum?
OMAR
Njir, lo kayak nyokap gua.
JORDANA
Tau dari mana lo? Ngomong sama dia
aja nggak.
OMAR
OK. Gua bakalan nganggep itu impas
setelah gua nuduh lo nggak ngasih
Jimmy perhatian tadi.
Omar kembali mengetik dan memencet enter. Dia men-scroll.
OMAR
Yang keluar cuma negara-negara yang
punya kultur makan tikus gitu kayak
India atau Thailand.
JORDANA
Mungkin konspirasi terbesarnya Pak
Irham ternyata orang Thailand, dan
Prabowo bener pas bilang kita musti
takut dijajah sama luar.
OMAR
"Man eats rat, NSFW" apa nih...
Omar meng-klik hasil pencarian tersebut. Mereka berdua
langsung berteriak kaget dan mulai panik.
OMAR
Oh my God, ini porn!
JORDANA
Ini fetish! Close, close!
Omar menutup tabnya. Mereka berdua menghela napas.
JORDANA
Great. Jadi, harapan terbesar kita
adalah Reddit.
OMAR
Oh, gua tau.
Omar kembali mengetik dan memencet enter. Kita fokus pada
layar laptop. Deretan hasil pencarian Google Image "Rudi
Sibil Agency" memenuhi layar.
OMAR
(menunjuk Rafly)
Liat deh. Cowok ini ada banyak di
fotonya Pak Rudi. Gua rasa mereka
deket.
JORDANA
(memicingkan mata)
Siapa tuh?
OMAR
Namanya Rafly. Dia karyawan lama.
JORDANA
Bahkan dia lebih sering, ya foto
sama Pak Rudi dari pada Pak
Irhamnya.
OMAR
Mbak Tika bilang suatu hari Rafly
ngilang begitu aja.
JORDANA
Maksud lo--
OMAR
Gua nggak tau maksud gua apa. Tadi
gua nyoba nyari info soal dia.
Omar meng-klik tab pencarian web, lalu men-scrollnya.
OMAR
Tapi, gua nggak nemu apa-apa. Cowok
ini nggak punya Twitter, Facebook,
LinkedIn, atau pun track record di
situs resmi kantor kita. Seakan-
akan dia nggak pernah ada. Semua
foto yang ada dia-nya, nggak pernah
disebutin namanya. Maksud gua, kita
bisa nyoba keliling nanya sama yang
lain sih besok, tapi...
JORDANA
(menunjuk layar laptop)
Coba yang itu deh, Mar.
Omar kembali berpaling dan meng-klik thumbnail video pada
barisan teratas. Halaman YouTube terbuka. Video berjudul
"Mampir ke Sibil Agency" berputar.
OMAR
Lo ngeliat sesuatu?
JORDANA
Nggak tau juga sih, tapi itu ada di
hasil pencariannya dan ada juga di
description video-nya, jadi, ya...
Video itu diawali dengan establishing shot kantor Omar yang
dilihat dari perbedaan furnitur dan jumlah karyawan, diambil
beberapa tahun yang lalu. Musik latar ceria mengiringi. Omar
menggeser progress bar mencari-cari sosok Rafly.
JORDANA
Stop, stop.
Omar melepas jarinya. Video terputar lagi. Seorang host
wanita sedang mewawancara RAFLY (20-an) berwajah muda dan
cerah dengan mata berbinar-binar.
RAFLY
So far sih ini kantor ter-enjoy
gua, ya. Anak-anaknya asik-asik.
Load kerjaan juga santai kan
soalnya belum banyak klien secara
kita masih baru banget nih...
HOST
Kalo bos-bos lo gimana? Asik-asik
juga nggak kayak anak-anak di sini?
RAFLY
Waduh. Mbak Tika nonton nggak nih?
(tertawa bersama host)
Canda, canda. Keren kok bos-bosnya.
Gua juga kebetulan deket banget
sama Pak Rudi soalnya gua termasuk
karyawan pertama yang di-hire sama
doi setelah perusahaan ini dibentuk
enam bulan yang lalu. Gua angkatan
pertamalah istilahnya.
HOST
Wih, co-founder nih?
RAFLY
(tertawa lantang)
Nggaklah! Gila kali! Kayak gabung
di awal aja, tapi jabatan mah masih
jabatan bawah.
HOST
Aku nggak ngeliat Pak Rudi-nya. Dia
nggak masuk, ya?
RAFLY
Iya. Unfortunately, doi lagi sakit.
HOST
Oh, ya? Sakit apa?
RAFLY
Gua juga kurang tau. Rencananya gua
niat mau jenguk malem ini. Kasian
dia, pressure sana-sini sama
investor sampe-sampe anaknya, Pak
Irham, juga harus terlibat.
HOST
Oh, yang tadi nyambut kita, ya di
depan?
RAFLY
Iya, Pak Irham baru masuk ke sini
sekitar dua minggu yang lalu.
PAK IRHAM (O.S.)
Rafly?
Rafly dan host menoleh, kamera menyorot Pak Irham di ambang
pintu. Dia tidak terlihat gembira.
PAK IRHAM
Boleh ngomong sebentar?
RAFLY
Oh, iya, pak.
(ke host)
Gua musti balik.
HOST
Oh, iya, nggak apa-apa. Thank you!
RAFLY
(berjabat tangan)
Sama-sama, sama-sama.
Rafly berpaling dan berjalan pergi.
JORDANA
Apaan tuh?
OMAR
Apa?
JORDANA
Back, Mar... Pause.
CLOSE ON LAYAR LAPTOP. Terdapat secarik kertas di jabatan
tangan Rafly dan sang host.
Jordana mengetik sesuatu di ponselnya.
OMAR
Dia nyelipin kertas ke tangannya.
Menurut lo apa, Jor?
JORDANA
Apa pun itu, pasti kepepet dan
nggak bisa diungkap di situasi itu.
OMAR
Pak Irham baru masuk setelah Pak
Rudi ditekan sama investor, terus
Pak Rudi jadi sakit...
(jeda)
Jordy, kita harus nemuin kertas
itu. Kita harus ngehubungin
host-nya.
JORDANA
Nggak bisa, Mar...
OMAR
Kenapa?
JORDANA
Gua ngecek Instagram hostnya buat
ngontak dia, tapi gua nemuin post
ini di situ. Dia meninggal.
Jordana menunjukkan layar ponselnya. Profil Instagram sang
host terbuka. Di sana terdapat foto nisannya.
JORDANA
Pantesan nama dia nggak disebut
sama jurnalis lain.
CUT TO BLACK.
END OF EPISODE 2.
Komentar
Posting Komentar